WanitaIndonesia.co, Jakarta – Emansipasi wanita yang telah diperjuangkan oleh RA. Kartini nyata pada karir cerlang sebagian Wanita Indonesia di pentas global.
Mereka mumpuni dalam mengembangkan potensi diri dari deraan diskriminasi, kesetaraan gender, hingga stereotip dalam karir karena dukungan penuh perusahaan.
Momen inilah yang kemudian dijadikan PT Uni-Charm Indonesia Tbk untuk mendobrak sekat tersebut dalam memperingati
Hari Perempuan Internasional.
Unicharm mendorong para perempuan muda untuk aktif menyuarakan tantangan yang dihadapi melalui acara Unicharm Goes to Binus “Love Your Possibilities: Unleashing Self Potential”.
Tiga sosok inspiratif dari Uni-Charm berbagi kisah Inspiratif kesejumlah mahasiswi Universitas Bina Nusantara Kampus Anggrek agar tunas-tunas muda muda ini cerlang dalam menggapai cita, dengan menggali potensi diri, serta mengembangkannya tanpa kendala dari diri, serta lingkungan.
Selain hadir sosok inspiratif mewakili Gen-Z Meisya Sallwa, yang sukses menautkan namanya pada lintasan sejarah panjang akan pencarian jati dirinya, serta upayanya mendobrak stigma keliru masyarakat.
Devi Fauziah Marketing Manager PT Uni-Charm Indonesia Tbk merasa bersyukur dapat bekerja di ekosistem perusahaan yang memiliki fokus dengan melakukan berbagai inisiatif, bagi kemajuan karir karyawan wanita. “Kami rutin mendapatkan pelatihan diantaranya untuk menyeimbangkan dunia kerja dengan kehidupan pribadi. Selain apresiasi untuk menyuarakan pendapat dengan bebas, serta berhak akan jenjang karir yang sama dengan pekerja laki-laki, “kata Devi.
Devi menambahkan pekerja wanita diapreasi, serta diberdayakan. Saya pernah mengikuti pernah mengikuti pelatihan kepemimpinan selama setahun. Kurun waktu tersebut saya banyak mendapatkan insight diantaranya menggali potensi diri, serta mengembangkannya. Juga ilmu agar dapat menjadi pemimpin wanita yang handal, dengan tim solid.
Ini pencapaian yang bernilai bagi karir, serta kehidupanku. Jika ditelisik, background pendidikan tak sesuai dengan pekerjaan sekarang.
“Aku alumni fakultas Ilmu Gizi IPB yang lekat dengan permasalahan gizi, yang rutin membuat menu diet, serta menghitung takaran kalori. Namun saat diterima sebagai marketing, aku sempat shock, “terang Devi.
“Wah, gimana ya cara menyelaraskan background pendidikan dengan pekerjaan yang bertolak belakang? terlebih aku juga harus menghadapi pertanyaan serupa dari orang-orang terdekat, “ujar Devi.
Devi melanjutkan, “Waktu itu ada perasaan takut ikhwal dunia marketing yang tak tak ramah. Aku harus mampu menghadirkan produk yang berkualitas, teruji, dan berguna untuk konsumen. Banyak sekali yang harus dipikirkan mulai dari A sampai Z deh dikarenakan aku awam.”
Pendidikan Itu Pendewasaan Seseorang
“Di tengah kegalauan tersebut, aku bersyukur bisa
berpikir bijak. Mampu menjaga amanah yang dititipkan oleh HRD yang menurutku mereka memiliki penilaian, mengukur potensi calon karyawan yang ditempatkan pada sebuah divisi. Untuk memulainya aku berdoa, meminta restu kepada orang tua, serta tentunya belajar banyak, serta lebih giat guna transfer ilmu, “urai Devi.
Ia menceritakan pengalaman tak terlupakan saat memulai pekerjaan. Waktu melakukan riset berkunjung ke rumah konsumen pengguna popok dewasa, aku melihat, serta menganalisa penguna, serta orang yang membantu menggunakan popok.
Selain aspek psikologis pengguna pada kenyamanan popok, juga sisi psikologis anak perempuan yang membantu memakaikannya. Ia ibu muda yang juga disibukkan oleh urusan rumah tangganya.
Terpikir bagaimana keduanya dapat menjalankan hidup secara normal, tanpa terkendala oleh kesehatan mental karena masalah kesehatan, serta upaya untuk mengurus keluarga yang juga penuh tantangan. Aku lalu memotivasi ibu, dan anak perempuannya agar semuanya dapat berlangsung secara normal.
Berhasil, walau kuakui ada drama yang harus dihadapi, serta harus dicarikan solusinya. Mengingat waktu itu produk popok orang dewasa di Indonesia belum membudaya seperti di Jepang.
“Tentunya aku bisa kuat, serta memiliki motivasi hebat dikarenakan dukungan sepenuh hati pimpinanku selaku wakil dari perusahaan. Jauh deh dari dunia kerja yang penuh dengan tekanan, stres. Aku tak merasakannya, “kata Devi jujur.
Momen tersebut yang kemudian memicu spiritku untuk melakukan pekerjaan dengan penuh kehatian-hatian, detil hingga sekarang aku dipercaya untuk menduduki posisi prestisius. Rasa tak percaya diri karena awalnya merasa takut, tak mampu, kini tak lagi kualami.
Aku punya kekuatan untuk mendobrak sekat, ketakutan apapun itu terutama ikhwal background pendidikan yang tak selaras dengan pekerjaan. Ini yang kemudian aku jadikan motivasi generasi muda yang menghadapi permasalahan yang sama.
Memutus Stigma Gali, Kembangkan Potensi Diri
Hapsari Bayuwardhani Corporate Planning Manager menambahkan, rendahnya kepercayaan diri lekat dengan pribadi setiap individu. Hal yang manusiawi saat individu dihadapkan pada persaingan dalam beragam hal. Namun pembelajarannya, jangan takut, maupun putus asa dengan kegagalan, kemudian membatasi kemampuan diri. Jadikan kegagalan sebagai momen untuk terus mengembangkan potensi diri dengan terus berusaha,
belajar.
“Boleh jadi kelak kegagalan sekarang di masa sepuluh tahun ke depan kita melihatnya laksana setitik debu tak berarti. Tentunya tak perlu dibesar-besarkan, apalagi diratapi. Itu keliru. Aku pun berkarir dengan background pendidikan yang tak sesuai, “tegas Sari.
Ia mengingat saat SMA, Sari merupakan siswa yang berasal dari jurusan IPA, tetapi ketika kuliah ia memilih sastra Jepang dikarenakan penggemar budayanya. Prestasiku pernah mendapatkan beasiswa dua kali, lalu bekerja di sana dengan dasar ilmu yang aku miliki.
“Tapi saat bekerja di Uni-Charm, muncul tantangan dari background pendidikanku yang berbeda. Namun aku percaya dengan pendidikan yang aku pelajari, esensinya mampu membuatku menjadi pribadi yang dewasa, mampu bertanggungjawab dengan amanah yang diemban.
Sari menambahkan, “Bersyukur tak butuh waktu lama, aku bisa menyesuaikan kemampuan diri pada pekerjaanku ini.
Intinya seperti rekan seprofesiku. Bekerja dengan dukungan penuh manajemen tentunya akan sangat menyenangkan, memungkinkan banyaknya ide-ide kreatif yang mampu dikolaborasikan dengan kepentingan perusahaan.”
Sari mengaku senang bisa bekerja di tempat yang memuliakan marwah wanita.
Salah satu upaya perusahaan guna mendukung pengembangan potensi wanita adalah Female Leadership Forum, di mana karyawan wanita di posisi eksekutif, dengan pengalaman kerja lebih dari 18 tahun akan membagikan pengalaman, serta perjalanan karirnya.
Mereka akan berbagi bagaimana cara mengembangkan potensi diri, kepada lebih dari 20 karyawan wanita yang diharapkan dapat menjadi leader masa depan.
Berharap agar calon pemimpin mendapatkan motivasi, inspirasi untuk berkontribusi pada pertumbuhan perusahaan.
Selain itu, kantor dan 3 pabrik tempat saya bekerja telah menyediakan pembalut wanita di seluruh toilet agar karyawan wanita dapat bekerja, serta beraktivitas secara nyaman.
Selain memerhatikan karir, serta kesejahteraan pekerja wanitanya, kami peduli dengan berbagai permasalahan konsumen yang diejawantahkan melalui kegiatan eksternal diantaranya edukasi SADARI (Periksa Payudara Sendiri) berkolaborasi dengan Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI).
Kami menyasar pengguna terutama para wanita di pelosok untuk peduli. melakukan SADARI melalui pesan, dan praktik pada kemasan pembalut edisi khusus. Selain perusahaan juga berdonasi guna penyebaran program SADARI secara masif. (RP).