Site icon Wanita Indonesia

Cara Mengajarkan Anak Agar Menghargai Orang Lain

wanitaindonesia.co – Membaca narasi mengenai curhatan seseorang pria yang mainannya didapat sedemikian itu saja oleh si keponakan tanpa memohon permisi terlebih dahulu, serta dimohon merelakan, membuat aku terkenang peristiwa sebagian tahun dahulu.

Semenjak kanak- kanak kecil, aku suka sekali membelikan mereka Lego. Jika diingat- ingat Lego mereka telah dapat penuhi satu kamar bermain. Bisa jadi sebab aku sendiri gila Lego. Lego yang telah dirakit, aku memohon mereka simpan di lemari spesial.

Sampai sesuatu hari, datanglah sepupu mereka dari Jawa, bermain di rumah, memandang Lego koleksi kita, nangis ingin memainkan. Dikala itu aku lagi di luar negara.

Baca Juga :

Nangis. Berteriak. Tantrum. Memforsir buat memainkan. Serta berikutnya telah dapat diduga, dipretelin setelah itu ingin dibawa kembali. Kanak- kanak keberatan, kemudian semacam kita ketahui, keluarlah kalimat- kalimat sering di dengar semacam:

Telah, ikhlasin saja sih, wong untuk sodara sendiri.

Mbok betul dikasih aja, esok kan dapat beli lagi.

Biarin aja dibawa ke desa, belas sepupu kalian, tidak memiliki mainan semacam ini.

Serta berikutnya, serta berikutnya….

Alhasil sebagian koleksi Lego juga melayang berangkat pergi rumah.

Kerapkali, selaku orang berumur, kita justru padat jadwal memohon yang memiliki benda buat jujur, legowo, adem tetapi kurang ingat mengarahkan anak kita kalau:

Tidak seluruh yang kalian ingin itu dapat kalian miliki, ingin kalian hingga glundungan di lantai, betul senantiasa tidak dapat.

Itu benda kepunyaan orang lain, jika pemiliknya tidak berikan permisi memegang, memainkan, terlebih mengganggu( baca: memprereli Lego yang telah dirakit), betul hargai. Janganlah memforsir.

Itu benda kepunyaan orang lain, bukan permasalahan mahal ataupun ekonomis, tetapi mengenai sang owner tidak ingin memberikannya. Membagikan dengan cara jujur aja enggan, terlebih dituntut. Janganlah mengutip kepunyaan orang lain.

Terdapat aturan krama yang namanya memohon permisi kala kita mau memegang, memainkan ataupun memohon suatu yg dipunyai orang lain.

Kalau mengutip benda kepunyaan orang lain, tanpa seizin yang memiliki, supaya tutur ikatan kerabat, sepupu, ipar, kawan, apalah itu, serupa saja semacam mencuri.

Janganlah menggampangkan itu seluruh cuma sebab mengatasnamakan:

Namanya pula anak- anak

Serupa kerabat kenapa begitu

Itu kan hanya mainan

Janganlah…..

Sebab itu maksudnya kita mengarahkan anak buat jadi orang yang menyangka boleh- boleh saja mengutip hak kepunyaan orang lain.

Tetapi,

Dapat jadi, sesungguhnya kitalah yang sepatutnya dididik. Barangkali, kita sendiri belum sanggup menghormati kepunyaan orang lain. Kita sendiri sering merampas hak orang lain.

Exit mobile version