Bersama Entaskan TBC, RST Dompet Dhuafa Gandeng Beragam Elemen Perangkat Kesehatan untuk Kolaborasi Efektif

BOGOR, JAWA BARAT- Sebagai bentuk penguatan jejaring eksternal guna meningkatkan temuan kasus dan tatalaksana TBC, RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa (RST) ajak seluruh Kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor mengikuti sosialisasi program mendukung eliminasi TBC 2030. Direktur Utama RST dr Muhamad Zakaria dalam sambutannya pada (Senin, 22/07) mengatakan program pengentasan TBC ini sejalan dengan apa yang sudah dilakukan Dompet Dhuafa yakni promotif, preventif dan kuratif. Dalam kesempatan ini, Zakaria mengajak seluruh stekholder untuk memperkuat ekosistem kesehatan khususnya dalam penanggulangan TBC.

“Memang dinamika di lapangan berbeda tapi dengan penguatan dan sosialisasi kembali meningkatkan indikator program TB di Dinas Kesehatan,” ucapanya

dr Yeni Purnamasari selaku Teknikal Officer Dompet Dhuafa menambahkan RST sejak bulan Juni 2024 telah menjalin kerjasama dengan program Mentari TB MPKU Muhammadiyah bersama USAID dan program ini lah yang di sosialisasikan kepada seluruh kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor.

“Ini merupakan program nasional menjadi prioritas di Indonesia, kami Dompet Dhuafa mendukung program pemerintah,” ujar Yeni.

Ada pun terdapat 4 pilar dalam program pengentasan TBC ini, pilar pertama difokuskan pada penemuan kasus melalui skiring di IGD dan Rajal, kedua ⁠penegakan diagnosis yang menbutuhkan rujukan ke lab TCM, selanjutnya melakukan pengobatan dan mendampingan secara menyeluruh serta pilar yang terakhir adalah meningkatkan angka kesembuhan kasus TBC.

Yeni menuturan upaya yang dilakukan RS perlu berkesinambungan dalam mendukung program pemerintah dalam hal rujukan dan ketersediaan logistik juga peran dari komunitas dan puskesmas. Kuncinya adalah terpadu, terintegrasi, kolaborasi untuk menemukan, penyembuhkan dan mengobati pasien TBC.

Menurut Aan Setiawan wakil asesor TB Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor program pengentasan TBC di Kabupaten Bogor menjadi tantangan sendiri karen jumlah penduduk yang besar. Saat ini terdapat 141 Puskesmas, 6 RS Pemerintah, 25 RS Swasta, 103 klinik yang semuanya sudah melakukan MOU program pengentasan TBC. Namun dari semuanya baru ada 26 faskes yg memiliki TCM tersebar di 5 RS dan 21 Puskesmas.

Terkait temuan kasus TBC Aan menuturkan bahwa penemuan terduga TBC di tahun 2024 sampai bulan Juni sebesar 39.543 orang sedangkan penemuan kasus TBC sampai Juni tahun 2024 sebesar 12.708.

“Inti ny terjadi peningkatan setiap tahunnya dan yang ditemui adalah kasus TBC Resisten obat primer. ini yg berbahaya,” tegasnya.

Khusus untuk kasus TBC anak di tahun 2022 ke tahun 2023 terjadi kenaikan peningkatan kasus dari 4002 orang menjadi 4545 orang dan di Juni tahun 2024 ada di angka 1789 orang.

“sementara untuk angka keberhasilan penyembuhan di pertengah tahun 2024 baru di angka 71 persen,” tutupnya.(adv)