WanitaIndonesia.co, sebulan belakangan sebagian besar gerai minimarket tak lagi menjual beras. Sebelas dua belas dengan pengecer kecil. Beras sekarang sulit didapat.
Krisis bahan pangan sumber karbohidrat utama masyarakat Indonesia terulang kembali. Bagi yang tak siap tentunya akan kelimpungan dengan ketersediaan beras yang langka, serta harganya mahal.
Agar tak menjadi problem, sebaiknya subsitusikan sebagian menu sehari-hari dengan makanan alternatif dari umbi-umbian.
Orang dahulu kreatif mengolah singkong, uwi, kimpul, suweg, porang, maupun talas menjadi ‘nasi’. Masa itu merupakan zaman gelap, karena mereka hidup terjajah
Dianggap sebagai makanan masa paceklik, kurang seriusnya Pemerintah dalam melaksanakan program diversifikasi pangan, umbi-umbian hanya sebagai sajian seremonial. Dan generasi mudanya tak tertarik. Ini menjadi
Peer besar lintas generasi, bagaimana merubah mindset masyarakat untuk membiasakan pencernaan mereka, bisa merasa puas, dan kenyang dengan mengonsumsi umbi-umbian.
Gilang mewakili Gen Z mengatakan, “Saya sudah mencoba makan kentang, maupun singkong yang diolah kekinian sebagai alternatif makanan utama lho. Sarapan dengan singkong sambal roa. Atau malammya mengonsumsi Baked Potato Cream Sauce.”
“Rasanya lezat, saya mampu menghabiskan 300 gram singkong maupun kentang dalam takaran porsi.
Tapi di lambung, kenyangnya itu tak bertahan lama lho. Serius!, berselang 2 jam kemudian, perut mulai lapar. Sepertinya ada yang kurang, kalau belum makan nasi, “ujar Gilang.
Apapun alibinya, masyarakat harus cerdas melihat fenomena kelangkaan beras yang belum bisa diatasi pemerintah, dengan membuat diversifikasi pada makanan sehari-hari.
Ke depan, kita tentunya akan terus dihadapkan dengan permasalahan klasik berupa kelangkaan beras yang tak melulu soal cuaca, gagal panen, tapi bisa juga disebabkan oleh menyusutnya lahan pertanian, perang, dan bencana alam.
Penelitian membuktikan singkong, dan ubi lebih sehat untuk pencernaan kita, dibandingkan beras. Kandungan seratnya lebih tinggi daripada beras. Kandungan energi tak terlalu tinggi dibanding beras. Umbi-umbian mengandung 20%-30% karbohidrat kompleks yang baik untuk tubuh, dan pencernaan. Selain persediaannya melimpah, harganya murah.
Untuk merubah pola konsumsi anggota keluarga, Anda dituntut untuk kreatif, serta membiasakan menyajikannya rutin. Selain lezat, presentasi harus menarik, serta kekinian. Sajian harus mengacu ke pola makan gizi seimbang.
WanitaIndonesia.co terinspirasi untuk menyajikan resep umbi-umbian, dengan saus bolognaise yang tersaji sebagai menu sarapan,
snacking, maupun makan malam.
Singkong Goreng Saus Bolognaise
Bahan :
1 kg singkong segar, bersihkan, potong-potong
1 sdt garam
1/2 sdt ketumbar bubuk
3 siung bawang putih, haluskan
2 sdm air
minyak untuk menggoreng.
Saus Bolognaise :
1 sdm margarin, untuk menumis
100 gr bawang bombay, cincang halus
3 siung bawang putih, cincang halus
200 gr daging sapi giling
300 gr tomat, buang kulit, dan biji, hakuskan
1 sdm pasta tomat
1 sdt oregano bubuk
1 sdt garam
1 sdt merica
50 gr keju parmesan.
Cara Membuat :
1. Aduk rata bawang putih, ketumbar, dan air. Bumbui singkong hingga rata. Sisihkan1 20 menit. Goreng kekuningan. Angkat, tiriskan.
Saus :
1. Panaskan margarin, tumis bawang bombay, dan bawang putih hingga harum. Masukkan daging, aduk-aduk hingga berubah warna.
2. Masukkan tomat halus, masak sampai mendidih. Kecilkan api. Masukkan sisa bahan (kecuali keju parmesan). Masak sambil diaduk-aduk hingga saus kental. Angkat.
3. Masukkan keju parmesan. Aduk rata. Saus siap untuk disahkan bersama singkong goreng.
Untuk : 5 porsi. (RP).