wanitaindonesia.co – Belum lama ini sekolah di Cina mulai dibuka untuk pembelajaran tatap muka (PTM). Tak lama muncul klaster baru. Seorang anak tertular dari ayahnya, kemudian ia menulari teman-teman satu kelasnya. Hmm… berita-berita seperti ini, nih, yang bikin orang tua khawatir melepas anak untuk sekolah tatap muka. Tapi, masalahnya, anak sudah sangat bosan belajar dari rumah. Dilematis, ya.
Belum semua sekolah mengadakan PTM. Sebagian masih menyiapkan diri untuk memastikan tidak ada klaster di sekolah. Selagi menunggu sekolah anak dibuka, ini hal yang bisa Anda lakukan untuk mempersiapkan anak:
1. Atur jadwal tidur
Selama sekolah dari rumah, biasanya jadwal rutinitas anak jadi tak teratur. Waktu main, belajar, dan istirahat bisa tertukar-tukar. Menurut pengamatan Dr. Victoria Uribe, dokter anak di Elmhurst Clinic, New York, Amerika Serikat, pandemi merusak pola tidur anak. Jam tidur mereka jadi berantakan. Karena itu, Anda perlu mengembalikan jam tidur. Ia menyarankan, agar anak bisa kembali ke pola lama, biasakan anak untuk tidur lebih sore setiap malam dan bangun lebih pagi setiap hari. Dengan begitu, anak tidak malas-malasan bagun, jika tiba waktunya untuk belajar di sekolah.
2. Kembalikan rutinitas
Selama belajar dari rumah, anak Anda mungkin sering sarapan sambil sekolah. Dan, biasanya, sih, para guru juga memaklumi, apalagi untuk siswa yang masih kecil. Ketika PTM sudah di depan mata, lebih baik biasakan anak agar sarapan sebelum sekolah. Kan, dia nanti tidak bisa lagi belajar di kelas sambil mengunyah roti. Kalau perlu, biasakan juga pakai seragam lengkap, seperti akan ke sekolah. Selama sekolah online, bisa jadi anak hanya pakai atasan saja, karena hanya bagian atas tubuh yang terlihat oleh guru. Agar tak kagok lagi dengan seragam (sekaligus memastikan ukurannya tidak kekecilan), biasakan dia sekolah di rumah dengan seragam. Dengan membiasakan anak pada rutinitas membantu ia kembali nyaman beraktivitas saat benar-benar harus belajar di sekolah.
3. Dengarkan anak
Karena rutinitasnya diubah lagi, anak Anda mungkin akan protes. Bersiaplah menghadapi perilaku anak terhadap perubahan, misalnya anak jadi nangis, atau remaja akan mendiamkan Anda. Sebelum mereka tidur, sempatkan untuk berbicara tentang perasaan mereka terhadap perubahan demi perubahan yang akan mereka hadapi. Dengan begitu, anak Anda memiliki channel untuk mengekspresikan emosinya secara positif.
4. Komunikasi dengan sekolah
Informasikan kejadian penting apa saja yang terjadi pada anak, atau pada anggota keluarga, yang bisa berpengaruh terhadap semangat belajarnya. Misalnya, ada tantenya yang meninggal karena COVID-19, atau ayahnya kehilangan pekerjaan. Dengan begitu, guru ataupun konselor bisa bantu, jika di tengah jalan nanti anak mendadak mogok belajar. Selain itu, pastikan juga dengan guru agar anak-anak diberi kesempatan untuk berada di luar ruang, meski hanya sesaat.