wanitaindonesia.co – Jadi wanita di Indonesia itu susah- susah mudah. Salah satunya diakibatkan oleh budaya patriarki yang masih mendominasi kehidupan warga. Wanita wajib begini, wanita wajib begitu, wanita tidak boleh ini, wanita tidak boleh itu. Begitu banyak ketentuan serta pantangan yang menyertai perempuan- perempuan Indonesia.
Perihal ini pula mempengaruhi pada cerita romansa para wanita Indonesia serta keberaniannya dalam mengatakan cinta. Masih kerap aku mendengar persoalan dan keraguan sahabat wanita aku,“ Memangnya boleh wanita melaporkan cinta duluan?” Ataupun ketakutan dianggap selaku wanita kasar ataupun ganjen.
Pemikiran kalau wanita cuma wajib menunggu pria yang mendekati duluan, masih lekat sekali dengan warga kita. Wanita cuma dapat menunggu serta memantaskan diri. Memantaskan diri memanglah baik, terlebih bila kita selaku wanita terus tumbuh jadi tipe terbaik dari diri kita sendiri.
Cuma saja, aku rasa wanita boleh bergerak duluan, boleh maju duluan. Untungnya sudah banyak pula wanita yang mulai berani mengambil langkah terlebih dulu dalam urusan percintaan.
Aku pula ialah jenis wanita yang mengambil first move. Aku kerap jadi yang awal mengontak pria yang aku gemari, umumnya lewat chat. Bila obrolan bersinambung, aku pula tidak sungkan mengajaknya berangkat berdua, misalnya ke bioskop ataupun makan siang bersama.
Cuma saja, pada dikala melaporkan cinta, umumnya aku menuliskannya di web, serta orang yang aku gemari tentu membacanya. Aku pula kerap sekali menampilkan perasaan aku secara terang- terangan lewat tingkah laku aku.
Melaporkan Perasaan
Sempat sesuatu kala, aku menyukai seorang, lalu menuliskan perasaan cinta aku di web. Pasti saja, orang yang aku gemari membacanya. Tulisan aku dia balas, tetapi tidak dengan perasaan aku.
Pada dikala itu aku patah hati sedikit, tetapi paling tidak sehabis itu kami berkencan sekali, intens berbicara, walaupun pada kesimpulannya ia berpacaran dengan wanita lain. Kali ini, baru aku patah hati sejadi- jadinya. Serta aku tidak melupakan ia sampai 5 tahun setelahnya, hingga aku berkencan dengan orang yang dikala ini jadi suami aku.
2 tahun tadinya, aku pula sempat menyukai seorang dengan terang- terangan. Dikala itu aku masih kelas 2 SMA. Seisi kelas ketahui aku menyukainya. Dia pula ketahui serta kami senantiasa bergaul baik.
Sampai sesuatu hari, dia mengenali jika aku lagi gemar menulis puisi. Lewat SMS, dia bilang akan membuatkan puisi buat aku. Pastinya aku girang sekali, terlebih lagi pada dikala aku menerima puisi buatannya. Sayangnya, dalam puisi itu, dia lugas sekali berkata aku akan senantiasa jadi teman di hatinya, hingga kapan juga.
Berulang kali melaporkan perasaan cinta duluan serta menyukai terang- terangan, bolak- balik patah hati serta tertolak, tidak membuat aku jera. Untuk aku mungkin terburuk yang akan aku terima merupakan penolakan serta cap selaku wanita kasar. Akan namun, tidak lalu membuat aku tidak bernilai.
Aku tidak merasa kehabisan harga diri cuma sebab berani mengantarkan perasaan secara terang- terangan. Bila orang yang aku gemari melabeli aku selaku wanita centil, apalagi mencap aku murahan cuma sebab aku menyukainya terlebih dulu, hingga aku percaya kalau he is not the one.
Begitu pula kita seluruh selaku sesama wanita, tidak terdapat salahnya bila kita membuat langkah awal, karena kita berhak. Serta aku menunjang seratus persen wanita berani melaporkan perasaan cinta pada orang yang disukainya.