wanitaindonesia.co – Kondisi psikologis yang ditandai dengan mencabut atau menggaruk kulit kering. Mama mungkin tak jarang melihat anak yang menggaruk luka bekas jerawat, menggigit kulit bibir yang kering, atau menggaruk kulit di sekitar kuku hingga menyebabkan pendarahan, luka, dan bekas luka, bukan?
Memang tidak sedikit orang yang mencabut kulit kering sesekali, namun jika kondisi ini terus menerus bahkan terlihat seperti kebiasaan, penting bagi Mama untuk mewaspadainya.
Pencabutkan terus-menerus ini dapat berkembang menjadi kondisi psikologis yang disebut dermatillomania, atau yang dikenal dengan skin picking disorder dan excoriation disorder.
Apa tanda-tanda dan penyebab skin picking disorder pada remaja ? Simak informasirangkumannya di bawah ini yuk!
1. Apa itu skin picking disorder?
Dilansir dari Mental Health America, dermatillomania, atau yang dikenal dengan skin picking disorder dan excoriation disorder adalah penyakit mental yang berhubungan dengan gangguan obsesif-kompulsif atau (OCD)
Hal ini ditandai dengan pencabutan berulang pada kulit sendiri yang mengakibatkan luka, pendarahan, dan bekas luka dan menyebabkan gangguan yang signifikan dalam kehidupan seorang remaja. Gangguan ini biasanya kronis, dengan intensitas gejala yang lebih besar.
Jika tidak diobati, perilaku menguliti bisa datang dan pergi selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bertahun-tahun. Ketika remaja memiliki gangguan ini, ia menghabiskan waktu, terkadang beberapa kali dalam sehari untuk mencabut kulit kering.
Skin picking disorder adalah perilaku berulang yang biasanya dimulai selama masa remaja, umumnya bertepatan dengan, atau setelah masa awal, pubertas sekitar usia 13-15, tetapi dapat juga terjadi pada anak-anak di bawah 10 tahun. Ini juga bisa terjadi pada orang dewasa antara usia 30 dan 45
2. Gejala skin picking disorder
Remaja dengan gangguan dermatillomania terlihat berulang kali mencabut, menarik, atau merobek kulit yang sehat, jerawat, lecet, atau koreng. Dilansir dari Medical News Today, gangguan ini lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki, dan sering berkembang selama masa remaja dan dewasa.
Gejala skin picking disorder meliputi:
- Sering mencabut/menggaruk/merobek kulit meskipun melakukan upaya untuk mengatasi perilaku tersebut
- Memiliki luka pada kulit berulang atau luka terbuka karena suka dicabut
- Mengalami gangguan psikologis, fisik, atau sosial yang signifikan sebagai akibat dari mencabut kulit kering
- Remaja mencabut kulit karena berbagai alasan, misalnya merasa terdorong untuk menghilangkan ketidaksempurnaan yang dirasakan (bekas luka/jerawat), sementara yang lain memilih sebagai respons terhadap stres, kebosanan, atau karena kebiasaan.
- Dalam banyak hal, gangguan ini adalah perilaku perawatan berulang atau obsesif yang serupa dengan perilaku berulang yang berfokus pada tubuh atau Body Focused Repetitive Behavior (BFRB) lainnya, seperti mencabut rambut dan menggigit kuku.
Perilaku mencabut kulit dapat berlangsung dari beberapa menit hingga beberapa jam atau beberapa bulan, dengan waktu istirahat di antaranya.
Jika tak diobati, kondisi ini dapat menyebabkan luka yang menyakitkan, pendarahan, bekas luka, dan tekanan psikologis yang signifikan.
3. Penyebab skin picking disorder
Dilansir dari Healthline, skin picking disorder termasuk dalam kelompok jenis Obsessive Compulsive Disorder (OCD). Dorongan kompulsif seringkali terlalu kuat bagi remaja untuk berhenti sendiri. Semakin sering anak mencabut kulitnya, maka semakin sedikit kendali yang ia miliki atas perilaku tersebut.
Hingga saat ini masih belum jelas apa yang menyebabkan seseorang mengembangkan gangguan ini. Namun, gangguan sering dimulai setelah salah satu dari dua peristiwa atau rangsangan, berikut ini:
- Infeksi, cedera, atau luka mulai sembuh dan menimbulkan keropeng. Rasa gatal menyebabkan anak menggaruk dan mencabut. Luka yang baru mulai sembuh dan menciptakan keropeng lain. Itu memulai siklus skin picking disorder.
- Perilaku tersebut merupakan kebiasaan menghilangkan stres selama remaja mengalami masa stres. Tindakan dan kontrol berulang yang diberikan oleh pemetikan kulit dapat memberikan kelegaan dari peristiwa lain yang tidak dapat dikendalikan.
4. Proses diagnosa dalam memastikan skin picking disorder
Skin picking disorder tak dapat didiagnosis sendiri. Meskipun Mama mungkin menduga anak memiliki gejalanya, dokter dapat mengesampingkan kondisi mendasar lainnya sebelum membuat diagnosis.
Setelah melakukan pemeriksaan fisik, dokter akan menanyakan tentang perilaku dan perasaan yang anak rasakan saat melakukan kebiasaan tersebut. Dokter juga akan menentukan apakah koreng yang anak cabut adalah akibat dari kelainan atau kondisi kulit seperti eksim atau psoriasis.
Jika mencurigai dermatillomania, dokter mungkin akan merujuk anak ke profesional kesehatan mental. Dokter atau internis kedokteran keluarga dapat membuat rujukan ini jika mereka berpikir bahwa kondisi anak ini adalah akibat dari stres, kecemasan, atau OCD.
5. Pengobatan dan perawatan untuk mengatasi skin picking disorder
Pilihan pengobatan yang tersedia untuk skin picking disorder terbagi dalam dua kategori utama: pengobatan dan terapi.
Terapi
Seorang profesional kesehatan mental atau konselor dapat membantu remaja mengidentifikasi pemicu yang menyebabkan skin picking disorder. Kemudian, bersama-sama, anak dapat mengembangkan cara untuk menghentikan perilaku tersebut ketika merasakan pemicu ini.
Seorang ahli kesehatan mental juga dapat membantu anak belajar untuk menolak hal-hal di sekitarnya yang membuat anak lebih cenderung mencabut kulit. Misalnya dengan mengenakan sarung tangan atau perban perekat untuk menutupi luka agar menghindari mencabut.
Obat-obatan
Antidepresan dapat membantu meringankan perilaku memilih sendiri. Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) paling sering diresepkan untuk kondisi ini. Namun obat-obatan harus diberikan berdasarkan resep dan anjuran dari dokter.
6. Tips yang membantu remaja mengatasi skin picking disorder
Jika anak mama memiliki kondisi skin picking disorder, ada beberapa tips yang membantunya mengatasi kebiasaan mencabut kulit kering. Berikut beberapa tipsnya:
- Berikan anak mainan pereda stres untuk menjaga tangannya tetap sibuk, meremas bola yang lembut atau mengenakan sarung tangan
- Bantu mengidentifikasi kapan dan di mana anak paling sering mencabut kulitnya, misalnya bibir, wajah, atau samping kuku, dan mencoba untuk menghindari pemicu ini
- Alihkan perhatian anak ketika ia merasakan keinginan untuk mencabut kulit.
- Berikan perawatan kulit yang mengatasi kulit kering, seperti pelembab wajah, body lotion, lip balm
- Ingatkan anak untuk menjaga kebersihan kulitnya terutama kuku untuk menghindari infeksi
Selain itu, juga ada beberapa hal yang perlu dihindari anak:
- Potong kuku secara rutin dan menjaga kebersihan. Jangan biarkan kuku anak tumbuh panjang
- Hindari menyimpan atau meletakkan barang-barang seperti pinset dan pin di tempat yang mudah remaja jangkau
Itulah beberapa informasi seputar skin picking disorder yang perlu Mama ketahui. Tanpa pengobatan, skin picking disorder ini berisiko menyebabkan remaja sering memiliki luka terbuka, bekas luka, dan tekanan emosional yang signifikan.
Remaja dengan gangguan ini juga dapat mengalami gangguan sosial dengan menghindari interaksi dengan teman dan keluarga, karena kurang percaya diri tentang penampilannya.
Perawatan untuk skin picking disorder berfokus pada mengidentifikasi pemicu, mengatasi perilaku, dan mengelola gejala yang mendasarinya. Seorang profesional medis yang terlatih dapat membantu Mama dalam memutuskan pilihan pengobatan mana yang terbaik untuk remaja.