Site icon Wanita Indonesia

Anak Praremaja Pacaran, Orang Tua Lakukan 3 Hal Penting Ini!

Anak Praremaja Pacaran, Orang Tua Lakukan 3 Hal Penting Ini!

wanitaindonesia.co

Bagaimana respons Anda sebagai orang tua ketika mengetahui praremaja Anda pacaran?

“Kecil-kecil sudah pacaran, mau ngapain.”
“Hah? Pacaran? Kamu, kan, masih kecil.”
“Nggak boleh pacaran. Belajar dulu yang benar. Kalau sudah besar, baru boleh.”
“Mama-Papa dulu pas masih SD nggak pernah ada yang pacaran.”
“Hahaha…, pacaran! Itu cuma cinta monyet.”

Apakah itu salah satunya?

Tentu saja anak-anak zaman sekarang berbeda degan masa lalu Anda. Mereka mengalami pubertas yang lebih cepat. Marilyn Benoit, M.D., psikiater anak dan remaja di Pennsylvania, AS mengatakan, “Secara biologis, itulah yang diperintahkan tubuh mereka untuk dilakukan. Mereka berada pada tahap awal pubertas. Dan, secara sosial, saat itulah mereka belajar menegosiasikan hubungan.” Artinya, ada alasan ilmiah mengapa anak mencoba untuk pacaran.

Tahukah Mama-Papa bahwa Anak Laki-laki Lebih Mungkin Ingin Mencoba Pacaran? Mengapa, ya?

Alih-alih menentang di awal, ada baiknya orang tua justru mengambil langkah bijak untuk mendampingi pengalaman pertama pacaran tersebut agar jadi pembelajaran yang tepat bagi anak-anak tentang hubungan dan masa remaja yang sehat, serta bagaimana melindungi dirinya sendiri.

Lantas apa yang harus dilakukan orang tua ketika mengetahui anak praremajanya berpacaran?

Tiga hal penting ini perlu Anda lakukan:

1. Hindari Pikiran Negatif
Salah satu kekhawatiran orang tua dari pacaran barangkali adalah anak-anaknya akan melakukan tindakan asusila. Jangan dulu berpikir negatif, Ma dan Pa. “Yang benar-benar ingin dibicarakan oleh anak Anda adalah perasaan, yakni bagaimana jantungnya berdetak lebih cepat ketika dia berpikir tentang melihat anak laki-laki di latihan band, atau seberapa menyenangkan rasanya ketika dia menyapa, “kata Benoit.

Justru segera membombardir si praremaja dengan obrolan seperti, “Jangan macam-macam,” atau, “Hati-hati, tidak boleh sentuhan,” dan lain sebagainya tidak akan berbuah baik.

Elizabeth Miller, M.D., profesor pediatri di University of Pittsburgh School of Medicine, AS, mengatakan bahwa hal tersebut meremehkan perasaan yang sehat. Ia menuturkan bahwa praremaja tidak begitu tertarik dengan kontak fisik itu sendiri. “Pertanyaan mereka umumnya lebih polos. Mereka ingin tahu cara mendekati seseorang yang mereka anggap lucu,” ujarnya. Akan tetapi, mereka menjadi takut lantaran Anda sendiri.

Pikiran-pikiran negatif tersebut justru membuat si praremaja jadi berjarak dan menutup diri. “Biarkan mereka mengarahkan percakapan, dan dengarkan dengan cermat apa yang sebenarnya ditanyakan,” pungkas Elizabeth.

2. Tidak Meremehkan
Anda mungkin hanya menganggap apa yang dijalani si praremaja sekarang sebagai cinta monyet. Akan tetapi, berhati-hatilah untuk tidak meremehkannya.

“Bagi seorang anak praremaja, cinta terasa begitu serius,” ujar Lynn Ponton, M.D., psikiater anak dan remaja di San Francisco. Ia berkata, “Anak-anak ingin seseorang mendengarkannya dan membantu mereka memahami apa yang mereka alami, bukan untuk memberi tahu mereka bahwa ini akan berakhir besok.”

Maka, jadilah orang tua yang mendampingi mereka dengan baik. Beri mereka saran tentang mengelola emosi, apa yang sebaiknya dilakukan, kecurangan, dan kebaikan.

Orang tua juga perlu memberikan bekal berharga Ketika Anak Mulai Jatuh Cinta. antara lain soal batasan dan juga patah hati.

3. Buat Aturan Kencan
Mungkin ini tip yang Anda tunggu-tunggu, Cobalah untuk membuat aturan dasar tentang interaksi ‘romantis’ sejak awal, bahkan sebelum ada rasa ingin tahu dari si praremaja. Menjabarkan aturan sebelumnya dapat mengurangi kemungkinan konflik di kemudian hari.

Di samping itu, hal ini bertujuan untuk membuat anak paham bahwa tidak apa-apa tertarik untuk mengenal seseorang lebih baik selama sesuai dengan aturan keluarga.

Yang dimaksud dengan aturan kencan adalah dengan siapa mereka boleh pergi tanpa orang tua, kapan waktunya, dan berapa lama. Ingatkan juga anak dengan manajemen waktu untuk anak sekolah yang masih harus diikuti. Di samping itu, pastikan juga membuat aturan untuk mengajak ‘teman spesial’ ke rumah agar Anda mengenalnya.

Hal yang tak kalah penting adalah jadilah orang tua yang juga berperan sebagai teman curhat anak.  Hal ini menjaga anak tetap terbuka pada Anda. (wi)

Exit mobile version