
wanitaindonesia.co – Al Khaleej Sugar Co, produsen terbesar gula di kawasan Timur Tengah dan lima besar dunia, berminat untuk berinvestasi di Indonesia. Komitmen ini disampaikan oleh Managing Director Al Khaleej Sugar Co. sekaligus Chairman Jamal A-Ghurair Group, Jamal Al-Ghurair saat bertemu dengan tim dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin) di Dubai.
Selain menghadiri perhelatan Expo Dubai 2020, kunjungan kerja tim dari Kemenperin ke Persatuan Emirat Arab, sekaligus untuk bertemu calon investor potensial. Salah satunya adalah Al Khaleej Sugar (AKS). Rencananya Al Khaleej Sugar Co akan membenamkan investasi sebesar USD2 miliar atau sekitar Rp28,68 triliun dalam pengembangan etanol di Indonesia.
Dalam tim tersebut terdiri dari Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita yang didampingi Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Putu Juli Ardika, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Taufik Bawazier, Staf Khusus Menteri Achmad Sigit Dwiwahjono dan Konsul Jenderal RI di Dubai K. Candra Negara.
“Al Khaleej Sugar Co akan berinvestasi pabrik gula terintegrasi di Indonesia. Selain memproduksi gula, AKS juga rencananya memproduki bioetanol dan listrik dari biomassa. Al Khaleej Sugar Co akan mengembangkan fabrikasi etanol dari gula. Etanol tersebut pun diharapkan dapat menjadi sumber bahan bakar alternatif,” ungkap Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.
Menanggapi hal tersebut, Agus mengungkapkan, pihaknya akan bekerja sama dengan kementerian lain untuk menjajaki peluang investasi tersebut karena terkait investasi energi dan pemenuhan lahannya. Selain itu, diharapkan penanaman modal perusahaan gula asal Dubai itu akan menjadi pelatuk industri gula nasional yang lebih efisien pada masa depan.
Menurut Agus, upaya ini sejalan dengan tren pengurangan emisi karbon, yang membuat sejumlah negara memutar otak untuk mencari sumber energi yang lebih bersih.
“Negara-negara seperti Australia, Amerika Serikat, dan Filipina sendiri telah mengembangkan etanol dalam jumlah besar sebagai alternatif bahan bakar fosil. Pemanfaatan etanol dalam energi baru dan terbarukan menjadi satu alternatif untuk pengurangan gas emisi karbon dari sektor transportasi,” papar Agus.
Selain sebagai bahan bakar, lanjut Agus, etanol gula dapat dimanfaatkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap gula rafinasi. “Dalam konteks ini, impor gula bisa ditekan dan bahkan ke depan berpeluang berkurang sekitar 750.000 ton per tahun,” ungkap Agus.
Al Khaleej Sugar Co sendiri memiliki pabrik gula di Dubai dengan kapasitas 6.000 ton gula per hari. Selain memiliki pabrik gula di Dubai, AKS juga berinvestasi di Mesir dan Spanyol. Penghasilan AKS per tahun diperkirakan sebesar USD14 miliar.
“Kebutuhan gula nasional sekitar 6,7 juta ton. Terdapat beberapa cara untuk mengurangi impor gula, di antaranya dengan menyiapkan lahan perkebunan tebu dan mendorong proses transformasi digital. Kehadiran Al Khaleej Sugar Co di Indonesia, InsyaAllah dapat membantu memenuhi kebutuhan gula nasional,” imbuh Agus. (OR)
