wanitaindonesia.co – Keprihatinan akan pengguna pakem berkain dikalangan perempuan Indonesia menjadi penggerak terbentuknya Komunitas Cinta Berkain di daerah Sumatera Selatan. Dimulai dengan mengajak rekan-rekan dan kolega terdekat, seluruh anggota Komunitas Cinta Berkain sepakat untuk berkomitmen membangun kembali budaya berkain yang baik dan benar dikalangam wanita Indonesia.
“Saya selalu senang melihat anak muda itu mengkreasikan kain-kain khas daerah ini. Mulai diikat, dikesampingkan, pokoknya dengan berbagai kreasi sekarang. Tapi saya juga ingin mereka tahu bagaimana sesungguhnya mempergunakan dan memakai kain itu. Karena ada tata caranya, sehingga memang mereka harus cinta dulu baru mudah bagi mereka yang kurang paham untuk akhirnya mau belajar, bagaimana memakai kain yang benar,” papar Sri Rahayu Suroso Pendiri Komunitas Cinta Berkain ini, yang tak lain merupakan Pimpinan Lembaga Pendidikan Carissa di Sumatera Selatan.
Dilanjutkan Sri Rahayu Suroso, dirinya sangat mengharapkan wanita saat ini mengerti dan tahu pakem adab memakai kain harus seperti apa. Pakem itu aturan yang tidak bisa diganggu-gugat. Pakem diikuti sesuai adat, karena ada unsur religi, Pakem kebaya mesti diikuti untuk upacara adat hingga busana perkawinan. Sedangkan, saat mendesain untuk keperluan lain, kebaya boleh dimodifikasi. Artinya, jika tak digunakan dalam acara adat, kerajaan atau kesultanan, dan pengantin, maka sah-sah saja kebaya dibuat dalam bentuk lain dan tak ikut pakem yang ada.
Bagi Pendiri Komunitas Cinta Berkain ini, seseorang harus dapat membedakan tata cara pemakaian berbusana kebaya atau berkain dalam pelaksanaan pesta perkawinan, kebaya yang dipakai mempelai putri harus sesuai dengan pakem yang berlaku untuk pengantin putri. Namun untuk para pengiring pengantin alias bridesmaid boleh saja menggunakan kebaya modern atau kebaya modifikasi.
“Seperti pengantin Sumatera Barat itu pakemnya kan seharunya bukan kebaya, seharusnya baju kurung. Boleh modern tapi terkait adanya resep adat ini harus jelas, kita boleh rekayasa, tetapi tidak bisa ngawur. Berkebaya itu bukan pakem-pakem, tapi pakem pada momennya misalnya pada acara adat, itu tidak boleh diganggu,” lanjut Sri Rahayu Suroso.
Keanggotaan Komunitas Cinta Berkain besutan Sri Rahayu Suroso, tergolong unik karena terbuka merekrut anggota untuk segala umur. Keberagaman umur anggotanya ini, diakui semakin memperkaya pengetahuan masing-masing anggotanya tentang bertatacara kain yang benar.
Diceritakan Sri Rahayu Suroso, tidak semua anggota komunitasnya yang mengerti masalah pakem berkain, bahkan masih ada pula yang enggan menggunakan kain di waktu-waktu tertentu dikerenakan takut ada kesalahan saat pemakaian atau tidak mau ribet.
“Komunitas ini komit jika berkumpul anggota, maka seluruhnya wajib memakai kain kepunyaan, jika tidak mau melaksanakan komitmen tersebut silakan keluar saja dari anggota, begitu biasanya saya tegaskan. Saya memang agak tegas akan hal ini, karena kalau bukan dari kita siapa lagi, kita yang anggota saja tidak bisa komit ya susah. Nah, nanti teman-teman datang berkumpul menggunakan kainnya masing-masing. Nanti disana kita bisa melihat mana yang salah mana yang tidak, nah, yang salah ini bisa kita bantu betulkan dan beritahu. Yang sudah benar bisa memberitahukan yang salah, disinilah terjadi saling sharing antar sesama anggota,” kenang Sri Rahayu Suroso.
Meskipun terbilang baru dibentuk diakhir 2019, Komunitas Cinta Berkain masih bertahan dengan tetap saling bersilaturahmi melalu wa group komunitas dikala pandemic Covid-19 dengan segala keterbatasan aktifitasnya, disanalah keseharian para anggotanya saling sharing hal apapun bahkan diluar dunia berkain.
“Komunitas ini terbentuk bukan serta merta merekrut anggota begitu saja, kemudian mengumpulkan orang-orang yang senang berkain atau mengoleksi kain. Tapi disni kami lebih menekankan bagaimana tatacara atau pakem berkain itu yang secara benar harus diterapkan. Saya sedih loh melihat pakem ini, mulai dilupakan bahkan cenderung hilang,” lanjut Sri Rahayu Suroso.
Perempuan asal jawa, yang telah lama menetap di palembang ini mengaku mencintai kain palembang dan jenis kain lainnya. Demikian dengan anggota Cinta Berkain lainnya. Yang diceritakan Sri Rahayu Suroso anggotanya terkadang tak menyadari bahwa dirumah mereka memiliki kain-kain yang bagus bahkan ada yang memiliki kain kuno atau langka yang harganya pun bisa funtastis.
“Ketidaktahuan akan kain inilah yang membuat mereka tidak sadar. Bahwa yang kain yang mereka punya dirumah itu kain yang berharga. Apalagi ketika kita punya dan kita tahu bagaimana cara memakainnya secara baik dn benar, pasti akan cantik jadinya. Kalau kita kesulitan memakai kain, saya sarankan kain itu dijahit langsung jadi, sehingga mudah dalam pemakaiannya. Tapi tetap perhatikan penjahitnya harus yang mengerti, bahwa kain itu dijahit tidak perlu dipotong-potong” terang kakak kandung Menteri Budi Karya ini.
Ia pun yakin Komunitas Cinta Berkain yang ia dirikan bersama beberapa anggota lainnya kedepan akan membangkitkan rasa cinta berkain kepada seluruh perempuan Indonesia, dari segala umur. “Kami bergerak dari lingkungan yang terkecil dulu, nanti baru kita akan melakukan aktifitas yang besar untuk mengajak perempuan-perempuan Indonesia lainnya. Komunitas ini mengajak seluruh perempuan untuk bangga bisa mengenakan kain dengan baik dan benar dimanapun mereka berada,” tutupnya. (OR)