wanitaindonesia.co – Nyatanya benar apa yang di informasikan mamaku. Saya tidak kilat menyadarinya tetapi kesimpulannya saya menyadari iktikad dari pesannya itu. Kehidupan jadi wanita tidak sempat gampang. Terlebih saat ini bukan tentang emansipasi perempuan yang Bunda Kartini perjuangkan di masa kolonial, malah persaingan antara wanita yang melegitimasi mana wanita yang lebih serta sangat baik di antara lain. Serta stigma negatif yang menghalangi ruang lingkup wanita buat berdaya.
Contohnya jika melahirkan anak secara Sectio Caesar dianggap bukan wanita seutuhnya dibanding dengan yang melahirkan secara wajar. Belum lagi metode membagikan ASI ataupun susu resep serta pola pengasuhan anak yang tidak sempat terdapat habisnya. Sebab dari waktu ke waktu walaupun sudah banyak bimbingan dan informasi yang tersebar tidak dapat mengganti pola pikir yang ditanamkan oleh budaya yang turun menyusut. Ditambah minimnya literasi budaya membaca dalam warga yang kesimpulannya membuat perkaranya stuck di situ- situ aja.
Wanita bermimpi besar saja terkadang patah oleh mulut sesama wanita. Bila terdapat yang kembali larut malam sebab pekerjaannya, dengan mudahnya terdapat bisik- bisik yang kurang mengasyikkan.
Kita Butuh Mencintai Diri Seutuhnya
Belum lagi jika wanita ini menyandang status janda akan terus menjadi legit buat jadi bahan ghibah. Sementara itu wanita tadi cuma perlu kesempatan, sokongan, serta doa supaya mimpinya menghidupi keluarga, menyekolahkan anaknya setinggi bisa jadi dapat terlaksana melalui kerja kerasnya. Apa iya value terhadap wanita cuma didetetapkan dari jam kembali kerjanya?
Jika saja wanita dapat silih berempati serta menunjang satu sama lain, impact yang dihasilkan akan luar biasa. Wanita senantiasa dapat menciptakan perihal yang lebih dari yang ia miliki.
Kala wanita diberikan titipan cinta hingga ia dapat membagikan kehangatan dalam keluarga. Kelembutan bunda dapat senantiasa jadi rumah tempat berpulang anak- anaknya. Walaupun tidak senantiasa sempurna, wanita senantiasa dapat berjuang lebih keras buat keluarganya. Ingin berkorban tanpa mempedulikan dirinya sendiri.
Jadi wanita senantiasa layak buat terus memiliki cita- cita setinggi langit walaupun sudah berubah kedudukan jadi bunda ataupun istri. Tanpa wajib terus mencermati apa yang orang bilang, apa yang stigma katakan, ataupun tuduhan yang belum pasti benar terdapatnya. Wanita apa juga statusnya berhak memastikan opsi serta keinginannya tanpa butuh merasa tidak lezat ataupun bersalah selagi itu masih berjalan di koridor yang benar.
Langkah kecil dapat diawali dengan mencintai diri sendiri. Memenuhi tangki cinta terhadap diri sendiri sehingga nanti akan sanggup menyebarkan cinta kepada yang lain. Menyayangi diri sendiri tidaklah perihal yang egois. Dengan begitu akan meningkatkan rasa bangga jadi wanita serta meningkatkan kepribadian wanita yang lebih humanis serta tidak gampang menghakimi wanita yang lain. Ingatlah tiap wanita merupakan makhluk yang berharga, paket komplit yang sempurna dibalik ketidaksempurnaannya selaku ciptaan Allah yang Maha Penyayang.