Mari Berkenalan dengan Vaksin Dosis Tunggal: Janssen dan CanSino

Mari Berkenalan dengan Vaksin Dosis Tunggal: Janssen dan CanSino

wanitaindonesia.coSejak 7 September 2021 lalu, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) telah merilis izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) untuk dua jenis vaksin COVID-19 lainnya di Indonesia. Dua jenis vaksin tersebut adalah vaksin Janssen dan vaksin CanSino (Convidecia). Dengan adanya tambahan dua jenis vaksin tersebut, itu artinya hingga kini total ada 9 jenis vaksin COVID-19 di Indonesia yang telah mendapat EUA dari BPOM. BPOM menegaskan bahwa semua jenis vaksin COVID-19 yang mendapat EUA telah melalui pengkajian yang intensif terhadap keamanan, khasiat, dan juga mutunya. 

Lalu bagaimana efikasi dan efek samping atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dari kedua vaksin yang berdosis tunggal tersebut? Simak penjelasannya berikut ini.

Vaksin Janssen

Vaksin Johnson & Johnson atau Janssen dari Belanda telah tiba di Indonesia pada 11 September 2021. Vaksin ini merupakan hasil kerja sama dengan pemerintah Indonesia dengan pemerintah Belanda melalui skema bilateral. Vaksin yang dikembangkan oleh Janssen Pharmaceutical Companies ini ditargetkan untuk masyarakat umum berusia 18 tahun ke atas dengan dosis tunggal, sebanyak 0,5 ml secara intramascular.

Melansir Setkab.go.id, efikasi vaksin Janssen untuk mencegah semua gejala yang ditimbulkan oleh virus COVID-19 adalah 67,2 persen. Sedangkan efikasi mencegah gejala sedang, hingga berat pada usia 18 tahun ke atas adalah sebesar 66,1 persen. Dalam hal penyimpanan, vaksin Janssen memerlukan suhu khusus, yaitu 2-8 derajat celsius, dan juga dapat disimpan pada suhu minus 20 derajat celsius.

Secara umum, vaksin Janssen diklaim masih dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh. Reaksi lokal ataupun sistemik dari pemberian vaksin Jansen menunjukkan tingkat keparahan 1 dan 2. Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) lokal dari pemberian vaksin yang umumnya terjadi antara lain nyeri, kemerahan, dan pembengkakan. Sementara itu, KIPI sistemik yang biasa terjadi yaitu sakit kepala rasa lelah, nyeri otot, mengantuk, mual, muntah demam, dan diare.

Vaksin CanSino

Vaksin CanSino (Convidecia) merupakan salah satu jenis vaksin yang akan digunakan dalam program vaksin gotong royong di Indonesia. Vaksin ini dikembangkan oleh CanSino Biological Inc. and Beijing Institute of Biotechnology, di China. Vaksin yang juga dikenal dengan nama Convidecia ini telah menjalani uji klinis fase III di Argentina, Chile, Meksiko, Pakistan, dan Rusia.

Vaksin CanSino termasuk ke dalam jenis vaksin viral vector yang berasal dari adenovirus tipe 5. Vaksin ini bekerja dengan membuat spike protein Sars-Cov-2 yang akan merangsang tubuh mengenal dan membentuk antibodi yang kemudian bisa memberikan efek perlindungan saat tubuh terpapar virus COVID-19.

Melansir Alodokter.com, dari hasil uji klinis fase III untuk mencegah COVID-19 yang bergejala, vaksin CanSino memiliki nilai efikasi sebesar 65,28% setelah 28 hari penyuntikan dan 68,83% setelah 14 hari penyuntikan. Sedangkan untuk mencegah terjadinya COVID-19 dengan gejala berat, vaksin ini diklaim memiliki nilai efikasi sebesar 90,07% setelah 28 hari penyuntikan dan 95,47% setelah 14 hari penyuntikan.

Sama seperti vaksin Janssen, vaksin CanSino juga akan diberikan dengan cara disuntikkan ke otot (intramuskular) di lengan atas dalam dosis tunggal sebanyak 0,5 ml. Vaksin ini pun diberikan kepada orang yang sudah berusia 18 tahun ke atas.

KIPI dari pemberian Vaksin CanSino ini, melansir dari Kompas.com, menunjukkan reaksi ringan hingga sedang. KIPI lokal yang umum terjadi, antara lain nyeri kemerahan pembengkakan. Sementara itu KIPI sistemik yang umum terjadi adalah sakit kepala rasa lelah, nyeri otot, mengantuk, mual, muntah demam, dan diare. (f)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini