![WhatsApp Image 2025-02-10 at 06.15.19](https://wanitaindonesia.co/wp-content/uploads/2025/02/WhatsApp-Image-2025-02-10-at-06.15.19-696x648.jpeg)
![](https://wanitaindonesia.co/wp-content/uploads/2025/02/banner-atas.png)
WanitaIndonesia.co, Jakarta – Protein hewani menjadi salah kunci pembentukkan generasi emas Indonesia. Tapi faktanya Indonesia tertinggal jauh dari peradaban tersebut sehubungan dengan minimnya konsumsi protein hewani pada masyarakat. yang
Lewat komunikasi terbaru So Nice brand Sosis ikonik Indonesia menghadirkan Program Zona Main So Nice, Jagoannya Jajanan Protein dengan menggandeng 380,Sekolah di Jawa, dan Bali.
Peluncuran program dihadiri para pakar Prof.Dr. Ir. Epi Taufik, S.Pt., MVPH, M.Si, IPM, Tim Dewan Pakar Badan Gizi Nasional. Ia menyoroti pentingnya protein khususnya hewani untuk tumbuh kembang anak.
“Pada tahapan tumbuh kembang, anak-anak membutuhkan protein hewani yang menjadi asupan penting. Mengapa lebih unggul dibandingkan dengan protein nabati? Protein hewani memiliki kandungan asam amino esensial lengkap dibandingkan dengan protein nabati, ” terang Prof. Epi.
Prof. Epi menambahkan, ” Protein hewani mengandung biological value serta net protein utilization yang bermanfaat, agar tubuh dapat lebih efektif dalam menyerap serta memanfaatkan protein hewani, yang berguna untuk mendukung pemeliharaan sel, dan pertumbuhan.”
Prof. Epi mengingatkan, Perlu diwaspadai, anak yang mengalami kekurangan protein hewani akan berdampak pada pertumbuhan (stunting), lemahnya sistem imun serta rendahnya konsentrasi anak dalam belajar.
“Mengingat permasalahan kekurangan protein anak, khususnya pada usia sekolah terjadi secara nasional, dibutuhkan kolaborasi epik antar seluruh elemen anak negeri.
Karenanya saya sangat mengapresiasi usaha sosis So Nice dalam memulai tahun baru dengan isu besar ihwal asupan protein hewani yang dilakukan dengan cara yang menyenangkan, “imbuh Prof Epi.
Kolaborasi yang diinisiasi So Nice menitikberatkan pada peran penting para orang tua yang bertanggung jawab ihwal pemenuhan makanan bergizi untuk buah hati mereka.
Kemudian ditindaklanjuti oleh sekolah melalui peran strategis para guru.
![](https://wanitaindonesia.co/wp-content/uploads/2025/02/WhatsApp-Image-2025-02-10-at-06.16.15-2-225x300.jpeg)
Warning!, IQ Rata-rata Orang Indonesia Terendah di Dunia
Apa saja yang bisa mereka lakukan? Orang tua mengedukasi sembari mencontohkan dengan menjadikan protein hewani sebagai menu wajib di rumah.
Masaklah ataupun kalau harus beli, pilih lauk yang merupakan sumber protein hewani khususnya ayam dengan beragam olahan.
Bawakan bekal sebagai upaya untuk membentengi anak-anak agar tak tergoda mengonsumsi makanan jajanan yang tak sehat.
Berlanjut ke ekosistem Sekolah, guru menjadi garda terdepan. Ajarkan anak-anak untuk mengenal jenis protein, varian olahan yang menyelaraskan dengan kegemaran mereka. Tak ada salahnya hadir kegiatan ekstrakurikuler memasak makanan praktis, sembari memberikan ihwal protein kepada anak-anak.
Berhubung sudah berjalan program MBG, porsi masakan tak perlu banyak. Tapi bisa dibuat beragam menu dari satu jenis bahan makanan agar anak terinspirasi.
Prof. Epi melanjutkan, “Mengacu dari hasil penelitian, IQ rata-rata orang Indonesia itu terbilang rendah dibandingkan dengan masyarakat dunia Salah satu faktor pencetus, kurangnya asupan gizi pada masa pertumbuhan. Soal konsumsi protein hewani khususnya ayam, kita masih tertinggal jauh dari negara jiran. Data terkini rata-rata konsumsi daging ayam berkisar 12-15 kg perkapita pertahun. Sedangkan Malaysia tingkat konsumsi daging ayam mencapai 50 kg perkapita pertahun.”
“Ada beragam sebab rendahnya konsumsi daging ayam di Indonesia diantaranya daya beli masyarakat, distribusi yang tak merata serta masih terbatasnya pengetahuan pentingnya protein dalam pola makan sehat sehari-hari, “jelasnya.
“Yang mencengangkan, Indonesia itu kan negeri bahari, dilimpahi oleh beragam hasil laut yang sangat banyak. Namun demikian minat masyarakat untuk mengonsumsi ikan terbilang sangat rendah, padahal ikan merupakan sumber protein terbaik selain ayam, “ujarnya.
“Mirisnya, masyarakat lebih menggemari mengonsumsi ikan asin yang berisiko menimbulkan beragam penyakit degeneratif, disamping pada proses produksi yang mengabaikan aspek kebersihan, juga menggunakan formalin agar tahan lama, “kata Prof. Epi.
Prof. Epi menyarankan, Untuk mengentaskan permasalahan ini, selain Pemerintah, peran orang tua serta guru menjadi garda terdepan dalam membangun kebiasaan baik dalam mengonsumsi makanan berprotein.
“Ekosistem sekolah harus aktif dalam memfasilitasi serta memantau para pedagang makanan yang berjualan di area sekolah. Penting, agar mereka senantiasa berkomitmen untuk menjual makanan sehat serta bergizi bagi asa bangsa, “tegas Prof. Epi.
Zona Main Selaras Kebutuhan Anak
Turut berbagi
Guru serta Content Creator, Arief Tirtana, S.Pd yang menyaksikan kondisi jajanan anak sekolah yang jauh dari kriteria sehat serta minim asupan gizi sempurna, khususnya kebutuhan akan protein.
Arief menyampaikan, “Dibutuhkan edukasi yang lebih baik serta masif agar muncul pemahaman, cara pandang baru serta kesadaran para siswa agar dapat beralih dengan mengedepankan makanan jajanan yang sehat bergizi.”
“Hadirny Program Zona Main So Nice, Jagoannya Jajanan Protein, inisiasi Sosis So Nice ini menjadi sarana ampuh untuk menggugah kesadaran para siswa dalam memilah serta memilih makanan jajanan favoritnya. Dengan mengutamakan aspek kesehatan serta nilai gizi yang terkandung di dalam makanan tersebut, “jelasnya.
Menurut Arief, edukasi berbasis permainan masih sangat relevan dengan dunia anak-anak, walau faktanya anak-anak sekarang lebih banyak yang kurang aktif karena terpapar gadget.
“Percaya, jika mereka terus dimotivasi serta ditanamkan nilai-nilai kebaikan, anak-anak akan mudah tersentuh serta tergerak untuk aktif. Salah satunya lewat permainan menarik.
Intinya pada era digital, anak-anak sangat membutuhkan pembelajaran berbasis kreativitas serta interaktif, “imbuh Arief.
Arief menambahkan, “Upaya ini menjadi pematik dari beragam upaya berkelanjutan lainnya, yang bisa dilakukan oleh para orang tua serta ekosistem Sekolah dalam mengubah lifestyle siswa, agar lebih peduli serta hanya memilih makanan jajanan sehat.”
![](https://wanitaindonesia.co/wp-content/uploads/2025/02/WhatsApp-Image-2025-02-10-at-06.19.19-270x300.jpeg)
Arief berbagi tips :
Lakukan edukasi setiap hari dalam beragam kesempatan. Waktunya menyesuaikan dengan mempertimbangkan kondisi anak seperti sebelum makan atau setelah makan. Sebaiknya di saat makan biarkan anak menikmati saja hidangannya.
Atau bisa juga dengan mengajak anak Anda pergi ke pasar modern untuk berbelanja. Dari rumah kan bisa di mulai dengan membuat daftar belanja bahan pangan yang hendak dibeli. Orang tua dapat memasukkan bahan makanan dengan kandungan zat gizi yang bermanfaat bagi pertumbuhan dukung tumbuh kembang anak.
Lalu ajak mereka berinteraksi dengan melihat, menyentuh serta membedakan bahan pangan yang segar dengan yang kurang segar.
“Di sini muncul lagi pembelajaran ihwal bahan pangan bergizi seperti ayam, jika disimpan dalam wadah berpendingin lebih sehat serta terjaga kandungan gizinya dibandingkan yang diletakkan begitu saja dengan temperatur ruang, dan seringkali dihinggapi lalat.
Serta masih banyak lagi pembelajaran yang bisa dilakukan kepada anak-anak kita, “pungkas Arief.
![](https://wanitaindonesia.co/wp-content/uploads/2025/02/banner-atas.png)