Andreas Santoso, “Gold Generation” Asa untuk Generasi Emas

66
Andreas Santoso, CEO Treasury rangkum kebaikan emas lewat sejumlah inisiasi.

WanitaIndonesia.co, Jakarta – Sebagai platform terpercaya yang bertanggung jawab dalam mengurangi emisi karbon, Treasury menghadirkan
campaign terbaru Treasury “Gold for Good”.

Di bawah naungan Yayasan Masa Depan Keemasan ada dua fokus utama yang ingin dicapai yakni berkontribusi ke alam yang diwujudkan dalam penanaman kembali pepohonan
yang di Treasury dinamakan “Green Gold”.

Dana yang digunakan untuk program berasal dari donasi nasabah saat berbelanja emas untuk investasi. Terkumpul uang sebanyak 300 juta melalui Yayasan Masa Depan Keemasan, yang digunakan untuk pembelian bibit 266 pohon nangka yang di tanam di Bogor. Pohon nangka merupakan jenis tanaman yang dapat menyerap Co2 paling banyak. Target selanjutnya akan ditanam kembali lebih dari 200 pohon.

Fokus kedua menyasar ke kelompok generasi muda “Golden Generation” yang diejawantahkan dengan bantuan biaya pendidikan kepada anak-anak dari keluarga prasejahtera, pengamen, pemulung di Jakarta, guna mengikuti pendidikan Paket A, dan Paket B.

Tujuan program mendorong asa anak bangsa untuk turut berkontribusi pada pembangunan nasional. Selain bantuan pendanaan untuk pendidikan, inisiatif ini memberikan bantuan bulanan berupa sembako kepada keluarga anak penerima manfaat, dikarenakan dalam keseharian mereka itu ikut terlibat sebagai pencari nafkah keluarga.

Weni Pebriani, Principal Consultant Sustainability & Partnership Yayasan Kitabisa. com mengapresiasi sejumlah inisiasi yang telah dilakukan oleh Treasury khususnya lewat fokus Golden Generation. Sebagai mitra, Kitabisa menilai langkah, serta upaya yang telah dilakukan itu memiliki visi yang sama dengan kami, yang merupakan sustainability di bidang pendidikan.

Weni menerangkan, Kolaborasi memfasilitas pendidikan bagi anak-anak yang kurang beruntung. Sebelum program, Kitabisa melakukan assessment apa saja yang menjadi kebutuhan mereka, siapa saja partner yang terlibat dalam kolaborasi ini.

“Dari aspek kebutuhan, ternyata mereka serba kekurangan. Anak-anak tersebut tak hanya membutuhkan pendidikan, namun juga pemenuhan kebutuhan pokok, dikarenakan dalam keseharian merekalah yang bertanggung jawab sebagai pencari nafkah, “ujar Weni.

Weni menambahkan, “Saat bersekolah, mereka tak bisa bekerja untuk membantu keluarga. Oleh karenanya agar anak-anak tetap fokus belajar, lewat kolaborasi ini kami juga membantu kebutuhan harian keluarga anak penerima manfaat. Selain itu, kami sharing ilmu parenting buat keluarga dalam mempersiapkan masa depan bagi anak-anak mereka. ”

Sebanyak 20 anak penerima manfaat akan bersekolah dengan mengambil program Paket
B dan Paket C. Juga mereka diajarkan ilmu di bidang keuangan, dan digital yang bisa dipraktikkan dalam keseharian mereka.
Di penghujung program, akan ada gathering apresiasi bagi anak-anak penerima manfaat, yang menunjukkan kemajuan yang membanggakan dalam menjalani transfer ilmu.

Lewat program diharapkan dapat menjadi suluh bagi anak-anak untuk menyongsong masa depan yang lebih baik. Utamanya bisa membuat lebih percaya diri, serta dapat meningkatkan taraf hidup mereka beserta keluarga.
Sesuai rencana, kerja sama ini akan berlangsung hingga tahun depan.

Treasury bagian dari ekosistem seni di Art Jakarta
Foto : Istimewa.

Alisha Sinar Terang Golden Generation

Tampil memberikan testimoni Alisha satu dari 19 anak penerima manfaat. “Aku mengikuti program Paket B. Remaja berusia 16 tahun ini dengan kepercayaan diri tinggi menceritakan pengalamannya sebagai penerima manfaat Program Golden Generation Treasury, “kata Alisha.

Alisha menceritakan, Awalnya itu aku takut, malu serta kaget menerima tawaran untuk melanjutkan sekolah. Rasanya tak mungkin ada orang baik yang mau memahami kesulitanku. Keseharian aku bergulat membantu orang tua mengumpulkan barang yang sering dianggap orang-orang kaya itu sebagai sampah, namun bagiku itu serupa permata yang bila terkumpul dalam jumlah banyak bisa dijual, serta menghasilkan uang.

Uang dari memulung lalu aku berikan ke ibu buat biaya hidup sehari-hari. Memikirkan sekolah rasanya mustahil karena rutinitas setiap hari menelusuri jalan, sembari melihat peluang jika masih ada sisa sampah yang tertinggal.

Selain lelah, persaingan saat memulung itu sangat sengit. Ada mengenal wilayah yang telah dikuasai pemulung senior dan tak boleh dimasuki oleh pemulung lainnya. Kalau terlambat, terkadang sampah sudah dipulung oleh yang lain. Tantangan lainnya berupa ekstrem yang panas, lalu hujan yang bisa membuatku sakit.
Ini sekelumit cerita
kesusahan, serta kesedihanku dalam melewatkan hari-hari panjangku.

Setelah diyakinkan oleh kakak – kakak di Kitabisa bahwa program ini real, bukan konten prank. Aku merasa tersanjung, dan seolah terlahir kembali menjadi pribadi yang berharga.
Alisha yang kesehariannya bergumul dengan aroma tak sedap, kini membawa buku, duduk manis, dan siap belajar seperti siswa lainnya.

“Dari pembelajaran yang aku terima ada banyak ilmu yang membuat wawasanku bertambah. Salah satunya bagaimana seni berkomunikasi menjadi marketing ulung agar pembeli tertarik, dan mau membeli produk kita, “terang Alisha.

“Tentu saja masih banyak Ilmu marketing yang sangat berharga buat bekalku kelak seperti bagaimana produk yang kita jual memang dibutuhkan masyarakat, lewat sejumlah inovasi, branding, harga, ketersediaan, serta memberikan manfaat lebih kepada konsumen. Tujuannya
bagaimana produk yang diproduksi akan selalu di hati mereka, “pungkas Dara yang bercita-cita ingin menjadi Pastry Chef, dan memiliki sebuah toko kue.

Investasi emas digital aman, nyaman, praktis dalam satu genggaman.
Foto : Istimewa.

Bagian Ekosistem Seni Indonesia

Andreas Santoso, CEO Treasury menambahkan, “Jika diartikan fokus campaign “Gold for Good” adalah emas untuk kebaikan bagi nasabah, lingkungan, serta bagi generasi muda yang kurang beruntung.”

Andreas melanjutkan, “Walau zaman berubah, emas tetap dipandang sebagai produk luxurius yang diidentikan dengan perhiasan berdesain indah, ada pula yang dibuat unik, dan diproduksi terbatas yang kemudian dijadikan barang seni koleksi.”

“Kesemuanya memiliki daya pikat yang memesona, dianggap sebagai benda seni.
Merayakan emas sebagai benda seni, kami hadir untuk kedua kalinya di Art Jakarta pekan lalu, ” ujar Andreas.

Merupakan pameran seni terbesar di ASEAN yang digandrungi oleh generasi muda Indonesia. Beragam ekosistem seni membaur, serta lebur di sini.

“Spesial kami menampilkan karya seni Post Tenebras Lux, yang dibangun lewat tema “From Darkness to Gold”.
Mengisahkan bagaimana emas bisa menjadi media yang mentransformasikan ketidakpastian menjadi sebuah harapan yang bernilai bagi masa depan banyak orang.
Lewat partisipasi ini,
selain mengapresiasi karya seni, kami juga ingin mendekatkan diri ke pengunjung lewat edukasi emas, dan investasi, “imbuh Andreas.

 

“From Darkness to Gold” menampilkan keelokan emas sebagai logam mulia, yang mampu berkembang menyelaraskan zaman. Interior stand didominasi warna hitam yang misterius, dengan sentuhan warna emas nan elegan.

“Tema tersebut diartikan pada masa sekarang, saat kondisi politik, serta ekonomi dunia sedang dalam keadaan tak baik-baik saja, kami di Treasury senantiasa optimis, bahwa kesemuanya adalah instrumen kehidupan yang harus dilalui, serta ditaklukkan, hingga pada akhirnya kita akan memasuki zaman keemasan,  “tutup Andreas.