“Tinggal Landas Buat Kekasih”, Tembang Biru Ikang Fawzi dan Anak-anaknya Merana di Tinggal Pergi

Marissa Haque role model Wanita Indonesia inspiratif. Foto : Istimewa.

WanitaIndonesia.co, Jakarta – Jodoh, rezeki, maut sudah digariskan oleh Allah SWT. Hal inilah yang dialami oleh mantan aktris terbaik, politisi, serta dosen, istri, serta ibu, Marissa Haque.

Marissa wafat pada Hari Rabu, 2 Oktober 2024, sekira pukul 00.43 WIB, sesuai dengan Surat keterangan kematian yang dikeluarkan RS Premier Bintaro. Oktober ini usianya akan bertambah menjadi 62 Tahun.

Kepergiannya dianggap sangat memilukan karena tak menunjukkan tanda. Icha dalam keadaan segar bugar, masih beraktivitas seperti biasa.

Selama puluhan tahun berumah tangga, kehidupan rumah tangga Ikang Fawzi, dan Marissa Haque terlihat harmonis, jauh dari berita tak sedap.
Couple goals ini mampu mendidik anak-anak, serta mengantarkan mereka menjadi generasi yang hebat dengan torehan prestasi.

Karenanya saat perpisahan itu tiba,
Sosok Ayah bagi Bella Fawzi, dan Chiki Fawzi merasa sangat terpukul. Ikang berusaha ingin tetap dekat dengan belahan jiwanya itu, dengan memundurkan waktu pemakaman di Tanah Kusir, dari ba’da Dhuhur ke setelah Ashar.

Foto : Istimewa.

Banyak Cinta dan Kasih Buat Icha

“Yah, mau bagaimana lagi. Semua keluarga memahami perasaannya yang sangat shock dengan kejadian yang sulit diterima nalar ini, “ujar Soraya dengan suara bergetar.

Aya menambahkan, ” Kamipun merasakan hal yang sama. Kakak saya itu tak sakit, masih aktif menjalankan perannya. Tapi siapa yang mengetahui, serta sanggup menolak ajal.”

Menurut Aya, kejadian ini menjadi alert buat semua agar lebih berhati-hati dalam memanajemen waktu. Harus trampil menyelaraskan aktivitas, ibadah, serta istirahat, dikarenakan kita tak tahu kapan akan mengalami kematian. Penting agar keberadaan kita bisa memberikan manfaat buat orang lain.

“Kami tak tega untuk bertanya-tanya. Biarlah dia meluapkan perasaan, kesedihan, emosi, serta ketidakpercayaan akan musibah ini. Kemungkinan setelah prosesi pemakaman selesai, serta menunggu kondisi jiwanya stabil, baru kami akan mencari tahu, “imbuh Soraya.

“Flash back ke belakang, hubungan aku dengan Icha itu sangat dekat. Bagiku, ia kakak yang cantik, baik banget, dan juga teman sepermainan yang paling asyik. Bersama adik bungsu Shanaz Haque, kami senantiasa menghabiskan banyak waktu dalam kebersamaan, ” terang Aya.

Aya menambahkan, “Lewat pola asuh, kami ditempa dengan konsep pendidikan mandiri kreatif. Bebas menentukan cita-cita, melakukan hobi dengan arahan bijak orang tua kami.”

“Hal inilah yang kelak membuat kami memiliki karakter berbeda, khas masing-masing. Namun demikian, ikatan batin diantara kami tak terkikis,” imbuh Aya.

Aya meneruskan, “Walau masing-masing telah memiliki keluarga, serta disibukkan oleh banyak hal. Saat kangen, kami sering berkumpul sembari mengobrol banyak hal, khas emak-emak. Momen ini yang paling mengasyikkan dikarenakan kami ada untuk selalu suport buat diri, serta keluarga.”

Foto : Istimewa.

Bunga Cantik Diantara Akting, Politik dan Pendidikan

Bicara karir, Marissa menonjol di bidang seni, serta akademisi. Seni peranlah yang telah membesarkan namanya. Icha sukses menyabet Piala Citra untuk Pemeran Pendukung Wanita Terbaik di film “Tinggal Landas Buat Kekasih” di tahun 1984.
Lewat film ini, ia ditakdirkan bertemu dengan jodohnya, rocker Ikang Fawzi yang dinikahinya di tahun 1986.

Dalam sebuah moment, Icha sempat menceritakan, Awalnya hubungan mereka tak mulus karena orang tua Icha meragu dengan profesi Ikang sebagai penyanyi rocker. Dahulu itu diasumsikan sebagai profesi negatif. Namun Ikang mampu menaklukkan hati Papa lewat perilaku, struktur bahasa yang baik, teratur yang disampaikan dengan rasa percaya diri. Papa kagum karena suamiku ini taat beragama, juga background pendidikan, serta keluarganya.

Pensiun dari dunia seni peran, ia mencoba peruntungan karir sebagai politisi, dengan bergabung di beberapa partai. Lewat PDIP Perjuangan ia tercatat sebagai mantan Anggota DPR RI, Periode 2004-2009. Pernah didapuk WWF sebagai Duta Badak untuk pelestarian Badak Jawa sehubungan dengan jabatannya waktu itu sebagai Anggota DPR
Komisi IV, Bidang Lingkungan Hidup.

Sebelum wafat, Wanita Indonesia inspiratif bergelar Assoc. Prof. Dr. Marissa Grace Haque, S.H.,M.Hum., M.B.H., M.H.,M.Si.
masih sempat melakukan jihad dengan mengajar para siswa didiknya di STIE IBS Kemang, Jakarta Selatan.

Saat perpisahan yang tak menyiratkan pertanda itu, Ikang Fawzi, serta dua anak mereka Bella, dan Chiki menjadi sosok yang paling merapuh. Bagi mereka sosok Icha itu suluh hidup. Mampu menyelaraskan karir, sosialisasi, serta berperan selaku istri, dan ibu rumah tangga yang perfect.

Keluarga kecil yang patah sayapnya
Foto : Istimewa.

Dari Anies, Rano dan Siswa Didik “Aroma” Kematian Ihwal Ajal, Traktir Makan

Saat Anies Baswedan takziah ke rumah duka, Ikang tak henti-henti menangis sembari menyuarakan kepedihan hatinya. Anies berusaha menghibur, serta menguatkan hati sosok suami yang malang ini.
Akan halnya Chiki putri kedua, ia mengunggah proses fardhu kifayah di medsos. “Ibuku wanita tercantik tulisnya saat melihat Icha dikafani. Terlihat tangkapan layar, dara muda itu menggenggam lembut tangan Ibunda tercinta.

Bagi Rano Karno calon Gubernur DKI Jakarta, sosok Icha adalah wanita hebat penuh dengan inspirasi. “Kami dipertemukan lewat film “Kembang Semusim” tahun 80-an, yang waktu itu lokasi shootingnya berada di daerah Sambas, Kalimantan-Barat. Bagi saya walau beliau dibesarkan lewat dunia seni peran, namun kecintaannya terhadap ilmu tak terbantahkan. Hingga akhir hayatnya, Mbak Icha masih berjihad untuk meraih gelar Profesor. ”

“Pun sesaat sebelum ajal menjemput. beliau aktif mengajar siswanya. Ketertarikan pada ilmu diwujudkan lewat proses belajar-mengajar
membuatnya patut menjadi tauladan buat generasi sekarang, “jelas Rano.

Rasa tak percaya juga diungkapkan para siswa didik Icha yang bertakziah ke rumah duka.

Salah satu peserta didik Icha menceritakan.
“Ibu itu sosok dosen sempurna. Pengajar yang cerdas nan baik hati, yang begitu tulus ke seluruh siswanya. Beliau selalu berusaha ingin membantu saat ada yang mengalami kendala transfer ilmu. Kenangan indah membekas di kalbu kami, pada Hari Senin 1 Oktober ibu mentraktir kami makan. ”

Belakangan, ibu sering sharing, mengingatkan pentingnya manajemen waktu. Menasihati kami tentang ajal manusia yang sudah dituliskan takdirnya, dan tak bisa dipastikan kapan datang, lewat cara apa, juga tak memandang usia.

“Beliau berpesan untuk memanfaatkan waktu dengan berkegiatan yang selaras dengan ibadah. Ibadah harus khusyu, lalu ajaran untuk berbuat kebaikan, serta memedomanin ajaran Islam, serta sunah Rasul dalam keseharian.
Ini seolah menjadi firasat buat kami, bahwa beliau akan pergi buat selamanya, “ucap peserta didik Icha kelu.”