WanitaIndonesia.co, Jakarta – Meski telah merayakan 79 tahun kemerdekaan, Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam kesehatan masyarakat. Tingginya angka stunting dan gizi kurang (wasting) di tanah air, yang melampaui standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menunjukkan adanya masalah mendasar dalam sistem pangan kita. Selain itu, peningkatan kasus penyakit degeneratif di kalangan remaja menambah keprihatinan atas kualitas pangan yang tersedia.
Menanggapi situasi ini, Kongres III Jaringan Bank Pangan Indonesia yang diadakan oleh Foodbank of Indonesia (FOI) berkomitmen untuk menghadirkan kemerdekaan sejati bagi bangsa ini—kemerdekaan dari kelaparan dan malnutrisi. FOI mendorong transformasi sistem pangan yang berkelanjutan dan berbasis kearifan lokal, berperan sebagai agen perubahan di tengah krisis ini.
“Budaya kita mengajarkan pentingnya keberlanjutan dan kemandirian, termasuk dalam hal pangan. Inisiatif bank pangan ini sejalan dengan nilai-nilai tersebut, menghargai alam dan kesejahteraan bersama,” ujar Hilmar Farid, Dirjen Kebudayaan.
Melalui jaringannya, FOI telah menjadi mitra strategis pemerintah dalam memperkuat ketahanan pangan nasional. Salah satu fokus utamanya adalah mendirikan lumbung pangan di pelosok Indonesia, yang diharapkan menjadi tulang punggung sistem pangan inklusif dan berkelanjutan. Lumbung-lumbung pangan ini berperan penting dalam menyediakan akses pangan sehat dan bergizi, terutama bagi mereka yang berada di wilayah terpencil dan rentan.
“Kami mendirikan Foodbank of Indonesia dengan keyakinan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pangan yang cukup dan bergizi. Kongres ini bertujuan memperkuat jaringan bank pangan di seluruh Indonesia agar manfaatnya dapat dirasakan lebih luas,” kata M. Hendro Utomo, Pendiri FOI.
Kongres kali ini juga menyoroti pentingnya memaksimalkan potensi pangan lokal dan pertanian berkelanjutan. Dengan membangun bank pangan yang terintegrasi dengan komunitas lokal, FOI berupaya menciptakan sistem pangan yang lebih mandiri dan tahan banting. Ini bukan hanya untuk mengatasi masalah gizi buruk, tetapi juga melestarikan kekayaan pangan lokal serta meningkatkan kesejahteraan petani di seluruh negeri.
“Sistem pangan yang kita bangun harus mampu menjamin akses pangan yang merata dan berkelanjutan bagi seluruh rakyat Indonesia. Bank pangan memainkan peran strategis dalam hal ini,” ungkap Nyoto Suwignyo, Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi.
Ilham Khoiri, General Manager Bentara Budaya, menambahkan, “Inisiatif ini bukan hanya untuk mengatasi masalah pangan saat ini, tetapi juga untuk menanamkan kesadaran budaya akan pentingnya ketahanan pangan di masa depan. Bentara Budaya mendukung penuh upaya ini sebagai bagian dari pelestarian nilai-nilai budaya kita.”
Sebagai bagian dari Kongres III Jaringan Bank Pangan Indonesia, FOI juga menyelenggarakan Pasar Rakyat Mustikarasa. Pasar ini menghadirkan beragam produk pangan lokal dan hasil pertanian berkelanjutan, bertujuan mempromosikan pangan lokal, memperkuat ekonomi masyarakat, dan meningkatkan kesadaran publik akan pentingnya memilih produk yang sehat dan ramah lingkungan.
Kongres III Jaringan Bank Pangan Indonesia akan berlangsung pada 16 – 17 Agustus 2024 di Bentara Budaya, Jakarta Pusat, dan akan dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, lembaga sosial, akademisi, hingga komunitas lokal. Diharapkan, melalui kongres ini, tercipta kolaborasi yang lebih kuat dalam mewujudkan transformasi sistem pangan Indonesia yang berkelanjutan dan berbasis kearifan lokal. (saf)