Takumi Terakawa Merdekakan Lansia Indonesia Lewat Popok dan Gaya Hidup 

Takumi Terakawa, Presdir PT Uni-Charm Indonesia Tbk. Foto : Istimewa.

WanitaIndonesia.co, Jakarta – Masyarakat Indonesia belum memiliki mindset yang baik dalam perawatan luka dekubitus.

“Ini menjadi penyebab utama mengapa angka kejadian luka dekubitus pada lansia di Indonesia tertinggi di negara ASEAN. Selain pengaruh kebiasaan ‘baik’ orang Indonesia pada lansia yang sedang dirawat, dengan tak memperbolehkan mereka bergerak, dianjurkan untuk tidur.

Padahal cara tersebut tak sepenuhnya tepat, “terang Takumi Terakawa, Presiden Direktur PT Uni-Charm Indonesia Tbk.

“Justru dalam keadaan tirah baring di tempat tidur, maupun kursi roda, lansia tetap harus aktif bergerak menyesuaikan dengan kondisi fisiknya, “imbuh Takumi pada peluncuran Lifree Popok pertama, dan satu-satunya di Indonesia dengan 100 % bahan bersirkulasi.

Takumi melanjutkan, “Lansia di Jepang memiliki mindset yang baik terhadap permasalahan tersebut. Saya prihatin, serta terpikir untuk menghadirkan inspirasi dari budaya Jepang, ihwal lansia di sana yang memiliki lifestyle hidup sehat, sejahtera di masa tuanya menyelaraskan dengan budaya Indonesia.”

“Satu lagi yang menjadi konsen, saya melihat kualitas tidur lansia di Indonesia masih kurang. Bagaimana ke depan selain lewat popok dewasa pertama, dan satu-satunya di Indonesia berbahan 100% menggunakan bahan bersirkulasi, lansia juga sejahtera lewat kualitas tidurnya. Jika lansia sejahtera, keluarganya pun tentunya akan sejahtera, “pungkas Takumi.

Senada dengan Takumi, Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia DKI Jakarta, Jajang Rahmat Solihin, M. Kep, Sp. Kep Kom melihat potensi luka dekubitus di Indonesia terjadi setelah pasien lansia paliatif pulang dari rawat inap di Rumah Sakit. Faktor penyebabnya, anggota keluarga tak paham cara merawat lansia dengan tirah baring panjang, seperti yang dijumpai pada mereka yang terkena stroke, serta penyakit degeneratif lainnya.

Jajang Rahmat Solihin ajak keluarga peduli dengan perawatan pasien lansia paliatif di rumah Foto : Istimewa.

Luka dekubitus terjadi dari dampak tekanan pada area timbulnya luka secara terus-menerus, dan dalam waktu lama. Hal ini menyebabkan aliran darah ke jaringan di bagian tubuh terganggu, yang kemudian mati, serta membentuk luka. Selain lansia, anak-anak, serta orang dewasa juga dapat mengalaminya. Luka dekubitus akan berulang jika tidak ditangani dengan baik.

Umumnya ditemukan di daerah di sekitar bokong, tumit, punggung hingga kepala, serta bisa menyebar, berdampak serius jika diabaikan.

Jajang melanjutkan, “Pasien lansia paliatif seringkali menghuni rumah yang kondisi lingkungan tak sehat. Sirkulasi udara tak memadai, pengap, serta panas. Mereka hidup di lingkungan padat, berisik, kumuh, dengan sanitasi yang tak baik, minim air bersih.”

Saat kunjungan ke Rumah, Jajang sering membaui aroma urin. Atau mencium aroma urin dari rumah lainnya, sudah pasti ada lansia yang sakit, atau yang hidup dengan cara tak sehat.

Menurut Jajang, kesemua aspek tersebut menjadi kendala yang dikhawatirkan pasien lansia paliatif saat harus melakukan rawat jalan di rumah. Mereka seringkali menolak untuk pulang karena beragam faktor tersebut. “Tak ada yang peduli, serta mau merawat kami seperti di Rumah Sakit. Kami jadi serba salah, mengingat aturan rawat inap bagi pasien BPJS yang terbatas, serta terkendala masalah biaya.

Jajang menambahkan, “Karenanya di ekosistem perawat, saya selalu menekankan bahwa peran mereka tak hanya sekedar membantu memandikan pasien, menyuapkan makanan, atau meminumkan obat, dlsbnya. Penting untuk melakukan edukasi, memotivasi para lansia agar menjadi lansia mandiri, dan produktif. Edukasi juga menyasar ke keluarga yang tinggal bersama. Serta mulai membenahi lingkungan rumah agar ‘nyaman’ buat lansia.

Lansia Indonesia mandiri, dan produktif cermin lansia bermartabat. Foto : Istimewa.

Kiat Praktis Merawat Luka Dekubitus

1. Ajarkan lansia yang masih mampu bergerak, untuk rutin merubah posisi dengan panduan berikut. Ganti posisi dengan memiringkan ke kiri, ke kanan, serta kembali telentang setiap dua jam.

2. Anggota keluarga wajib melakukan deteksi dini luka dekubitus secara rutin, dengan cara memeriksa bagian-bagian tubuh yang rentan terkena luka dekubitus.

3. Jika memungkinkan gunakan kasur khusus dekubitus yang dapat mengurangi tekanan pada area kulit tertentu. Penting menjaga aliran udara ke sejumlah area tubuh tertentu dengan baik.

Namun demikian, lansia dengan tirah baring harus tetap dirubah posisinya agar tak terkena luka dekubitus.

4. Tak kalah penting gunakan popok berperekat, dengan sirkulasi udara terbaik, berdaya serap tinggi, serta tak menimbulkan ruam. Ganti popok segera setelah terkena feses, serta secara berkala bila menampung urin.

5. Jangan memijat, menggosok area kulit sekitar luka dengan keras, menggunakan sabun dengan kandungan kimia alkali, serta rutin menggunakan lotion agar kulit tak kering.

6. Pastikan makanan harian lansia mengacu ke gizi seimbang. Cukup kandungan protein, vitamin A, C, E. Minum air putih sesuai kebutuhan, serta mampu mengelola stres dengan baik.