Prof. Dr. Dr. Rini Sekartini, Sp, A(K) Ingatkan Orangtua Ancaman Serius Tumbuh Kembang Kembang Anak

Dengan MPASI Fortifikasi asa bagi Generasi Emas 2045 (Foto : Istimewa)

WanitaIndonesia.co, Jakarta -Indonesia hingga sekarang masih menghadapi masih masalah kesehatan, mulai dari penyakit, serta yang menjadi perhatian khusus masalah gizi pada anak.

Prof. Dr. Dr. Rini Sekartini, Sp, A (K) Dokter Spesialis Anak, Ahli dalam bidang tumbuh kembang sosial mengatakan, “Berbagai permasalahan ini dapat mengancam Indonesia dalam memaksimalkan bonus demografi, yang dikenal sebagai Indonesia Emas 2045.
Program Indonesia Emas 2045 bertujuan agar Indonesia keluar sebagai negara berkembang, menjadi negara maju. Hal ini tentunya sulit terwujud, jika Indonesia masih menghadapi malnutrisi seperti stunting, wasting, dan under weight. ”

Kekinian anak pun mengalami malnutrisi tipe lain gizi berlebih (obesitas). Sebanyak 21,6% Balita atau 1 dari 5 anak mengalami penurunan stunting. 7,7% Balita atau 1 dari 12 anak mengalami wasting (Survei Status Gizi Indonesia 2022).

Prof. Rini melanjutkan, “Stunting bukan hanya permasalahan perawakan pendek, juga mencakup kondisi akibat kekurangan asupan nutrisi, penyakit kronik penyebab anak gagal untuk mencapai tinggi badan, sesuai potensi genetiknya.
Hasil penelitian, anak dengan stunting memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah. Lebih mudah jatuh sakit. Dalam jangka panjang, serta level Nasional berakibat menurunnya kemampuan ekonomi negara.”

“Wasting atau Gizi Kurang hingga gizi buruk penanda kurangnya asupan nutrisi akut. Jika dialami anak usia kurang dari 2 tahun akan berdampak panjang dan buruk. Pada 2 tahun pertama kehidupan, otak akan berkembang sangat pesat, terjadinya wasting tentunya akan menghambat. Dalam jangka panjang menjadi penyebab turunnya kecerdasan, serta menurunnya kualitas hidup kelak dewasa, “imbuh perempuan yang merupakan dokter spesialis anak.

Kemenkes mengeluarkan Program 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), sebagai upaya untuk menjaga kesehatan dan gizi seorang anak, sejak dalam kandungan hingga berusia 2 tahun. Diantaranya melalui inisiasi menyusui sejak bayi lahir. Pemberian ASI Eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan. Melakukan imunisasi lengkap, serta pemberian MPASI yang merupakan periode kritis, sejak usia 6 bulan. Penting memantau berat badan dan tinggi badan anak, serta memasukkan ke dalam kurva pertumbuhan.

Prof. Rini Sekartini ingatkan orang tua ancaman serius tumbuh kembang anak.( Foto : Istimewa)

Prof. Rini menambahkan, “Banyak dijumpai, seringkali anak belum mengalami kondisi wasting, maupun stunting dikarenakan kebutuhan nutrisinya masih mudah dipenuhi dengan ASI. Namun pada usia 6 bulan saat diperkenalkan MPASI, seringkali kenaikan berat badan dan tinggi badan anak menjadi tak optimal. WHO mengeluarkan edaran MPASI yang baik. ”

1. Diberikan pada waktu yang tepat, saat bayi berusia 6 bulan atau sebelumnya jika kebutuhan nutrisi sudah tak dapat dipenuhi ASI.

2. Jumlahnya cukup, meliputi kebutuhan kalori, zat gizi makro dan mikro bayi.

3. Proses pembuatannya aman higienis, diberikan menggunakan tangan, serta peralatan yang bersih.

4. Sesuai dari tekstur, diberikan saat lapar, serta dihentikan saat bayi kenyang dengan frekuensi yang benar.

5. Saat pemberian MPASI, ibu telah mengenalkan anak dengan beranekaragam makanan dan rasa. Hal ini kelak akan memengaruhi selera makan anak hingga dewasa.

6. Kandungan zat gizi MPASI yang baik mencakup zat gizi makro dan mikro. Mengandung karbohidrat, lemak, protein terutama yang berasal dari hewani yang mengandung zat besi tinggi. Zat besi merupakan salah satu elemen kunci dalam optimalisasi periode 1.000 HPK, termasuk untuk pencegahan stunting.

Agar ibu menjadi mudah memenuhi kebutuhan MPASI sesuai standar WHO, kini banyak diproduksi MPASI Fortifikasi. Merupakan MPASI yang sudah diberikan penambahan nutrisi zat gizi makro, dan mikro sesuai dengan rekomendasi CODEX FAO dan WHO.

Studi mengungkapkan bayi yang mengonsumsi MPASI rumahan menunjukkan kadar hemoglobin, serum feritin, dan zat besi yang lebih rendah, dibandingkan dengan yang diberikan MPASI Fortifikasi. Juga berisiko lebih tinggi mengalami kekurangan berat badan, stunting, dan wasting.

MPASI Fortifikasi diawasi ketat BPOM yang melarang penggunaan pengawet, pewarna maupun perisa, serta mengandung gula dan garam tinggi. MPASI Fortifikasi tentunya sangat membantu ibu bekerja, yang sulit untuk membuat MPASI yang baik. Keunggulan MPASI Fortifikasi mengandung vitamin dan mineral, terutama zat besi yang mencukupi kebutuhan bayi. Ibu tak repot menghitung kandungan vitamin dan mineral pada MPASI buatan rumah. (RP).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini