WanitaIndonesia.co, Jakarta – Sebagai eye care leader di Indonesia, Rumah Sakit Mata JEC @ Menteng berkomitmen memberikan kesehatan mata yang andal. Salah satunya dengan melakukan baksos Operasi Mata Juling.
Merupakan inisiasi pertama di Indonesia yang dilakukan oleh JEC, sebagai bentuk keberlanjutan dari upaya serupa di tahun 2022.
Penyelenggaraan baksos Operasi Mata Juling menjadi bagian penting dalam memperingati World Sight Day 2023, setiap tanggal 12 Oktober. Pelaksanaan Bakti Sosial Operasi Mata Juling dipusatkan di RS Mata JEC @ Menteng dari tanggal 1- 31 Oktober dengan menarget 30 pasien penerima manfaat.
Dr. Gusti G. Suardana, SpM (K), Dokter Subspesialis Konsultan Strabismus JEC Eye Hospitals & Clinic, Ketua Servis Pediatric Ophthalmology and Strabismus JEC Hospitals & Clinic menyampaikan, “Masyarakat masih menganggap penyandang mata juling sebagai kelompok yang berbeda. Stigma berupa prasangka, kesalahpahaman, serta perlakuan negatif turut meningkatkan tekanan psikologis yang dialami oleh penderita strabismus. Jika tak ditangani oleh profesional, berdampak pada gangguan penglihatan lanjutan mata malas (Ambliopia), yang berisiko pada gangguan fungsi penglihatan dengan berbagai derajat keparahan. ”
Mata malas (Ambliopia) merupakan kondisi penurunan penglihatan pada salah satu mata, akibat gangguan perkembangan fungsi penglihatan pada masa pertumbuhan.
Mata malas yang dipicu oleh mata juling (strabismus) menyebabkan ketidakmampuan mata untuk bekerja sama secara sejajar. Yang mengarah pada perbedaan dalam penglihatan mata kiri dan kanan yang akan berdampak pada produktivitas penderitanya.
Direktur Utama RS Mata JEC @ Menteng, Dr. Referano Agustiawan, SpM (K) mengatakan, “Melalui bakti sosial Operasi Mata Juling merupakan salah satu komitmen, serta kepedulian JEC dalam membantu masyarakat penyandang strabismus, khususnya dari masyarakat marginal, agar dapat meningkatkan kualitas hidup mereka. Selaras dengan tema global peringatan WSD tahun ini, ‘Love Your Eyes at Work’, tindakan operasi mata juling selain untuk meningkatkan kualitas hidup, serta produktivitas, penting untuk menjauhkan mereka dari potensi ambliopia yang berisiko mengganggu fungsi penglihatan.”
Dr. Rano menambahkan, “Fenomena penyandang mata juling ibarat gunung es. Banyak yang tak terdeteksi tapi mengalami. Mata juling juga merupakan bawaan serius seperti Katarak. Jika satu mata penyandang ditutup dengan tangan, penyandang akan kesulitan untuk melihat sebuah obyek dengan baik. ”
“Bagi orang dewasa, selain kondisi penglihatan yang tak sempurna, mereka banyak yang terkendala untuk mendapatkan kesempatan bekerja. Pun anak-anak akan menjadi bullyan teman-temannya, juga akan mempengaruhi proses belajar, “terang Dr. Rano.
Dr. Rano mengetahui ikhwal mata juling secara komprehensif saat ia kuliah. Saya percaya di luar, masih banyak masyarakat yang belum memahami permasalahan mata juling dan mata malas. Dengan upaya berkelanjutan JEC melalui baksos operasi mata juling, kiranya dapat memberikan cara pandang baru masyarakat dalam mencegah mata juling, dengan deteksi dini dan upaya tindakan yang terukur.
“Berharap akan banyak rumah sakit mata, serta faskes yang melakukan tindakan nyata, serta lahirnya dokter-dokter mumpuni yang dapat membuat kondisi penyandang mata juling di Indonesia menjadi lebih baik, maupun normal kembali, “imbuh Dr. Rano.
Eye Care Leader dari Inisiatif Sosial Berkelanjutan
Pelaksanaan tindakan operasi melibatkan para ahli medis mumpuni, selain tim spesialis mata strabismus JEC pada proses bedah mata. Juga melibatkan tim dokter anestesi JEC bersama tim perawat.
Aksi pionir yang monumental ini telah menarik atensi kalangan profesi kesehatan mata di Indonesia. Turut hadir 21 dokter mata dari berbagai daerah di Indonesia. Melalui inisiatif sosial ini, JEC membagikan ilmu, keahlian, serta pengalamannya kepada profesional kesehatan.
Dr. Julie Dewi Barliana, SpM (K), M. Biomed, Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) DKI Jakarta turut berpendapat. “Kami mengapresiasi langkah JEC yang mempelopori bakti sosial Operasi Mata Juling. Ini menjadi momentum bersejarah bagi kiprah JEC dan masyarakat Indonesia. Selain menunjukkan kepedulian, juga membangkitkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan mata.”
Dr. Julie melanjutkan, “Strabismus menyangkut kualitas hidup, produktivitas, serta estetika seseorang. Berharap akan lebih banyak lagi dokter mata, rumah sakit, serta faskes mata yang mau menjalankan aksi sosial untuk mengatasi gangguan fungsi penglihatan. Tak hanya menyasar penderita katarak, juga permasalahan mata lainnya. ”
“Upaya berkelanjutan JEC melalui kehadiran 21 dokter mata dari berbagai daerah di Indonesia, merupakan transfer ilmu dan ketrampilan pada tindakan operasi mata juling. Ke depan para dokter anggota PERDAMI dapat melanjutkan upaya kebaikan dengan tindakan serupa, agar lebih banyak lagi masyarakat penyandang mata juling yang kembali meraih kualitas hidupnya, “ujar Dr. Julie.
DR. dr. Feti Karfiati Memed, SpM(K), MKes, Ketua Indonesian Pediatric Ophthalmology and Strabismus Society (INAPOSS) mengatakan, “Anak-anak penyandang Strabismus akan mengalami gangguan perkembangan dari aspek fisik dan psikologis. Upaya JEC selaras dengan INAPOSS guna meningkatkan advokasi dalam penanganan strabismus di Indonesia.”
“Melalui baksos JEC mencerminkan tanggung jawab nyata terhadap masyarakat, khususnya anak-anak penyandang strabismus yang berdampak pada aspek fisik, psikologis dan produktivitas, “pungkas Dr. Feti. (RP).