Zakat Produktif Dompet Dhuafa: SUEGEERRR, Minuman Lidah Buaya yang Membawa Berkah ke Desa Tawangsari, Malang

Salah satu dari ketiga penerima manfaat, Hana (21). Foto : Dok Dompet Dhuafa

WanitaIndonesia.co – Desa Tawangsari, Pujon, Malang, secara perlahan namun pasti, mengalami perkembangan ekonomi yang signifikan seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di wilayah dataran tinggi ini. Desa Tawangsari, yang sebelumnya terlihat kurang terurus, kini mengalami perubahan positif yang sejalan dengan kehadiran Bumi Maringi Peni (BMP). BMP adalah proyek pemberdayaan masyarakat dari Dompet Dhuafa yang melaksanakan berbagai program holistik, termasuk pemberdayaan ekonomi, pendidikan, kesehatan, dakwah, dan budaya.

Salah satu program ekonomi yang telah dilaksanakan di wilayah ini adalah pemberdayaan masyarakat melalui budi daya tanaman lidah buaya (aloevera). Lidah buaya ini diolah menjadi minuman segar yang diberi nama “SUEGEERRR”. Ali Hamdan, seorang ustaz berusia 39 tahun, adalah penggerak utama dan penanggung jawab program pemberdayaan ini. Program ini mewakili upaya yang efektif dalam mengalokasikan dana zakat secara produktif.

Proses penanaman aloevera hingga menjadi produk minuman SUEGEERRR yang dikemas di Pujon, Malang, adalah langkah yang serupa dengan yang telah sukses diterapkan oleh Dompet Dhuafa Yogyakarta. Dalam pertemuan pada Jumat, 6 Oktober 2023, Ali Hamdan menjelaskan bagaimana program ini dikembangkan bersama tiga wanita penerima manfaat dari zakat produktif ini.

Ketiga penerima manfaat ini berasal dari sekitar Kawasan Bumi Maringi Peni (BMP) dan dipilih melalui proses rekrutmen yang transparan. Informasi mengenai program ini disampaikan kepada seluruh masyarakat desa melalui kepala desa dan ketua RT/RW setempat.

Salah satu dari ketiga penerima manfaat, Hana (21), saat itu tengah sibuk memotong daging lidah buaya menjadi balok-balok kecil. Ia bercerita bahwa ia bergabung dengan program ini karena saat itu ia sedang menganggur dan ingin memiliki aktivitas di luar rumah, selain hanya membantu pekerjaan rumah.

“Saya putus sekolah. Jadinya di rumah itu tidak ada kerjaan. Tidak bisa juga mencari pekerjaan. Jadi saya ikut saja ada pelatihan pembuatan minuman lidah buaya. Alhamdulillah sampai sekarang masih terus di sini,” ujar Hana.

Selain diolah menjadi minuman, pelepah-pelepah lidah buaya juga terkadang dibeli oleh individu yang ingin menggunakannya sebagai obat, tanaman hias, atau keperluan lainnya. Setiap orang yang telah mencicipi produk minuman ini mengakui rasa segar dan lezatnya.

Setiap bulan, setidaknya 100 botol SUEGEERRR diproduksi untuk dijual di Warung Sehat, sebuah minimarket yang juga berlokasi di Kawasan BMP. Selain itu, SUEGEERRR juga tersedia di Kopi Sawah, sebuah kedai kopi di kawasan wisata. Bahkan, kedai ini memesan produk SUEGEERRR setiap minggunya untuk dijual kembali kepada pelanggan.

“Pernah menerima pesanan sangat tinggi itu sampai 600 karton pada saat bulan Ramadan. Memang minuman ini sangat segar dan nikmat saat berbuka puasa,” kata Hamdan.

SUEGEERRR tersedia dalam dua varian kemasan, yaitu kemasan gelas dan kemasan botol. Harga kemasan gelas kecil adalah Rp2.000 per pcs, sementara kemasan botol dijual seharga Rp10.000 per pcs. Kemasan gelas biasanya dijual dalam satu pak berisi 6 pcs, sementara kemasan botol dijual dalam satu pak/dus berisi 10 pcs.

Seluruh proses produksi SUEGEERRR dilakukan oleh ketiga penerima manfaat tersebut, dari penanaman hingga pengemasan. Perawatan tanaman lidah buaya dan pemasaran produk dikelola oleh Ustaz Hamdan.

Iklimah, salah satu penerima manfaat lainnya, mengungkapkan bahwa ia pernah menerima pendapatan tertinggi sebesar Rp1.800.000. (adv)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini