WanitaIndonesia.co, Jakarta – Usaha kuliner yang digawangi kaum Wanita Indonesia utamanya yang memiliki karir, unggul dari berbagai aspek, dibandingkan dengan pelaku yang sekedar menyambung hidup dengan berbisnis kuliner.
Sosok wanita ini tergerak untuk menjadi agen perubahan bagi pelaku usaha kecil seperti petani dan pembuat bumbu pecel. Selain misi besar menjadikan kuliner ngampung Pecel membumi, hadir upaya kreatif berupa penyajian menyelaraskan zaman.
Apa saja? Mengedepankan aspek sustainability, aspek kesehatan hulu ke hilir, lezat, tempat santap yang menyenangkan, serta harga terjangkau.
Mimpi besar inilah yang selangkah demi selangkah hendak diwujudkan oleh ibu yang memiliki kekuatan super melalui usaha Pecel Berkah.
Memperingati HUT RI Ke – 78, WanitaIndonesia.co menampilkan sosok Wanita Hebat Wida Suhartini. Beliau ibu
rumah tangga, wanita karir dan juga pelaku bisnis kuliner.
Tentu merupakan Role model Wanita Indonesia masa kini yang mampu memainkan peran multi tasking.
Berharap pembaca memiliki role model wanita yang membumi, tak harus populer dikarenakan jabatan, maupun sensasi. Tapi populer melalui upaya berkelanjutan, melalui pemikiran, serta keberanian menaklukkan setiap ujian yang datang. Wida Suhartini sukses dikarenakan mampu menyelaraskan kesemuanya melalui ikhtiar dan tawakal, bermohon kepada Rabb-Nya.
1. WanitaIndonesia.co :
Minat terhadap bisnis kuliner sejak kapan? Apa yang melatar belakanginya?
Wida Suhartini :
Awalnya saya suka kulineran, terus punya niat untuk membantu kakak ipar di kampung agar memiliki usaha setelah pensiun dari guru tata boga. Waktu itu saya melihat potensi bumbu pecel Blitar buatan kakak yang dijadikan oleh-oleh. “Wow.., bahannya premium tanpa MSG, menggunakan gula kelapa murni (tanpa kimia) dan minyak kelapa. Rasanya lezat, khas dengan aroma harum sedap menggoda, saat itu masih jarang olahan pecel yang menggunakan bumbu premium.
Langkah awal saya menawarkan bumbu pecel Blitar buatan kakak saya. Saya mencoba menitipkan pada sejumlah pedagang di pasar becek langganan saya. Tapi satupun tak ada yang tertarik, walau dengan konsinyasi yang menarik, bisa retur, namun semua pedagangnya tak bergeming. Alasannya sudah punya dagangan brand bumbu pecel lain yang lebih terkenal.
Tak putus asa, saya berfikir keras gimana caranya orang mau mencoba bumbu pecel ini sehingga tahu bahwa bumbu pecel ini rasanya enak dan berbeda dengan product lainnya. Akhirnya terpikir dijual dalam bentuk nasi pecel yang harganya lebih murah dibanding kalau langsung jualan bumbunya saja, sehingga orang tidak sayang untuk membeli dan mencicipi. Waktu itu tren gaya hidup sehat mulai dikenal walau belum booming seperti sekarang. Alhamdulillah orang yang membeli suka semua akhirnya mulai rame dari mulut ke mulut.
Agar mumpuni dalam mengembangkan olahan pecel dan sejenisnya, saya mulai mengikuti kelas, workshop memasak yang pada materinya diajarkan pula mengenai healthy food dan healthy life style.
Bismillah, dengan modal satu meja makan, mobil pribadi disulap menjadi tempat meracik pecel, saya dibantu seorang asisten mulai menjajakan nasi pecel di tempat-tempat olah raga. Walau ala kaki lima Pecel Berkah tersaji segar. Sayuran direbus dengan tingkat kematangan yang pas sehingga nutrisinya tetap terjaga dengan tampilan warna yang menarik. Kian menggoda dengan guyuran kental bumbu pecel Blitar, yang menebarkan aroma sedap.
Pembeli, mereka yang sedang berolahraga, maupun pengguna jalan tergoda, dan mampir membeli.
Waktu itu dijual seporsi hanya Rp. 5 ribu. Belum termasuk harga lauk tambahan seperti bakwan sayur, telur dadar dan tempe goreng.
Perjuangan bangun pagi, dan sedikit tidur di awal merintis butuh perjuangan. Pulang kantor, istirahat sebentar, dinihari hari saya harus berangkat ke pasar becek Klender. Pulang dari pasar, dibantu seorang asisten saya mulai meracik bumbu dan bahan pecel. Mengolah gorengan, lauk nikmat santap, juga memasak nasi hingga jelang waktu subuh. Usai shalat Subuh, saya harus bersiap ke kantor karena saya harus bekerja.
Tentu perjuangan yang tak mudah. Terkadang muncul perasaan malas, saat saya masih dalam kondisi lelah dan ngantuk. Apalagi jika dini hari saat harus ke pasar sedang turun hujan. Wah, godaan untuk menarik selimut kian besar. Tapi saya bersyukur Allah SWT menguatkan iman saya, bahwa apa yang saya kerjakan ini merupakan ibadah dan akan menjadi berkah buat sesama.
Hari pertama berjualan Nasi Pecel di Kawasan Industry Pulo Gadung langsung habis dalam sekejap. Demikian, dari awalnya yang membawa porsi sedikit kemudian meningkat berlipat-lipat. Selama setahun usaha saya ini sukses. Kemudian saya membeli mobil toko untuk memperluas jangkauan pelanggan, serta efisiensi saat berjualan. Karena omsetnya bagus, saya mempercayakan usaha ini ke kakak, karena saya sebagai wanita karir harus menyelesaikan beberapa project kantor yang urgent.
Sayangnya perhitungan saya ini meleset. Bisnis yang saya serahkan ke kakak saya hanya berlangsung setahun. Karena sesuatu hal, usaha lalu saya tutup.
Namun, secara tiba-tiba, adik saya yang berdomisili di Malang, berminat untuk meneruskan usaha di sana. Waktu itu saya kurang yakin karena mengalami kejadian tak menyenangkan saat saya memutuskan untuk menutup usaha saya. Akhirnya hati sayapun luluh melihat kegigihan adik saya. Mobil dan peralatan masak beserta peranti saji saya kirim ke Malang.
Kiranya niat baik tersebut berbuah berkah. Adik saya sukses memasarkan Pecel Berkah di daerah yang lekat dengan banyaknya pengusaha Nasi Pecel. Pecel Berkah mampu bersaing dengan puluhan pedagang pecel lainnya,
Sebuah komplek ruko terbengkalai menjadi ramai pengunjung karena kehadiran Pecel Berkah. Ceritanya, saat lelah digusur Satpol PP Kota Malang, adik saya melihat ruko terbengkalai yang lokasinya strategis. Kemudian ia menjual Nasi Pecel yang telah dipesan pelanggan tapi tak jadi diambil karena sesuatu alasan. Orderan tersebut padahal sudah dibayar lunas. Takut basi, adik saya menjual di sebuah ruko kosong dan alhamdullilah habis dalam sekejap.
Karena strategis, dan tak lagi disamperin Satpol PP, adik saya mulai berinvestasi dengan membeli ruko. Kian berkembang pecelnya rame di ruko tersebut. Hal inilah yang kemudian menjadi magnet bagi pelaku usaha lainnya untuk memulai bisnis. Mereka membeli ruko-ruko yang belum terjual. Kini, ruko tersebut menjadi salah satu pusat niaga yang ramai di kota Malang.
2. WanitaIndonesia.co :
Mengapa ibu tergerak membuka kembali usaha Pecel Berkah di Jakarta?
Wida Suhartini :
Saya tetap berkomitmen untuk membantu usaha kakak saya yang berjualan bumbu pecel paska pensiun. Selain optimis, melihat perkembangan bisnis Pecel Berkah di kota Malang, mampu bersaing, serta menjadi pemenang. Saya juga ingin membuka kesempatan kerja ke generasi muda, agar dapat memanfaatkan waktu produktifnya dengan bekerja dan mengasah ilmu.
Untuk menarik pelanggan, ibu yang rendah hati ini menghadirkan konsep resto yang nyaman, makan lesehan dengan karpet tebal, serta bisa juga bersantap di meja resto yang berlokasi di Jalan Kolonel Sugiono, Duren Sawit – Jakarta Timur.
Ruang makan terlihat catchy dengan konsep interior suasana pedesaan yang hadir berkat sentuhan seni Wida. Aspek kebersihan sangat diperhatikan. Saat WanitaIndonesia.co duduk lesehan, tak ada aroma tak sedap sisa makanan, saus maupun kuah yang jatuh di karpet. Ceceran remah, maupun gerombolan semut. Semua terjaga dan terawat bersih, rapi, bebas debu.
3. WanitaIndonesia.co:
Inovasi yang dilakukan, serta legacy buat generasi penerus?
Wida Suhartini :
Mengakomodir kebutuhan pelanggan yang kian dinamis, Pecel Berkah tak hanya menjual Nasi Pecel, serta lauk pelengkapnya. Saya mulai memasukkan beragam kuliner dari kearifan lokal. Sebagian berasal dari Jawa Timur seperti Rawon, Soto Ayam Kampung, Aneka Penyetan, Nasi Krawu, Tahu Campur, Tahu Telur dll.
Juga dari daerah lain seperti Jawa Barat Nasi Liwet Sunda. Kian lengkap dengan varian menu dessert seperti aneka bubur tradisional, jajan pasar yang semuanya terstandarisasi khas brand Pecel Berkah. Rangkaian menu baru tersebut hadir berdasarkan survei dan riset kepada pelanggan.
Selain menu Ala Carte yang rutin tersaji diresto, maupun yang dipasarkan dengan sistem jemput bola pada moment car free day (CFD Sudirman). Saya menjual secara online, serta mengakomodir layanan nasi box dan catering dalam partai kecil maupun besar menu prasmanan lengkap.
Sebagai Legacy untuk anak-anak saya, saat ini mereka ikut berpartisipasi menyumbangkan ide ketika saya ajak diskusi terkait bisnis Pecel Berkah. Mereka masih sekolah di SMA, dan belum tertarik untuk menekuni bisnis kuliner secara langsung.
Mereka lebih tertarik pada aspek pengembangan bisnis dengan menjadikan usaha kami model Auto pilot.
Danis anak saya, sharing ide seputar konsep berjualan praktis dan cepat menyesuaikan zaman. Dia mengusulkan Pecel Berkah OTG (On The Go) yang Inshaa Allah akan terealisasi di Jakarta Internasional Velodrome Rawamangun. Selain itu kami tengah mengembangkan lini usaha kuliner premium Delihelti yang memproduksi Bonebroth premium. Olahan kaldu tulang organik yang dimasak lama bersama rempah-rempah organik. Rencana bisnis akan berkembang menjadi perusahaan kuliner dengan konsep Auto Pilot. Kami ingin memiliki Central Kitchen, serta varian lauk-pauk Nusantara frozen food. Doakan saja ya, agar cita-cita ini dapat terlaksana.
4. WanitaIndonesia.co:
Kendala yang dihadapi saat berbisnis dan upaya ibu untuk mengatasinya?
Wida Suhartini :
Bagi saya, hal yang agak rumit soal konsistensi rasa. Ini cukup pelik, serta menantang, dikarenakan karyawan yang bekerja di bagian produksi adalah talenta-talenta otodidak. Mereka trampil memasak, namun saat memasak untuk sajian Pecel Berkah harus terstandar.
Agar rasa bisa konsisten, saya memiliki beberapa bagian quality kontrol pada proses pengolahan serta penyajian. Bagian Quality kontrol inilah yang akan melakukan pengecekan terakhir sebelum sajian dihidangkan ke tamu.
Aspek kebersihan dan rasa menjadi konsen utama.
Jika sudah memenuhi standar, masakan bisa langsung disajikan ke tamu. Karenanya pada proses produksi, team work antara juru masak dengan tim quality control harus bekerja sama dengan baik.
Saya bersyukur memiliki tim yang handal yang mampu menjaga kualitas sajian yang layak santap. Jadi soal konsistensi rasa, Inshaa Allah sajian di Pecel Berkah selalu primarasa.
Beruntung suami saya yang juga bekerja di luar,
ikut membantu mengembangkan bisnis. Beliau bertanggung jawab pada pembinaan dan penyiapan SDM serta manajemen secara umum.
5. WanitaIndonesia.co:
Bisnis Kuliner mengenal konsep sustainability. Apa yang ibu lakukan pada usaha ini?
Wida Suhartini :
Saya mengaplikasikan konsep suistanability pada aspek hulu ke hilir usaha. Mengurangi dampak dari food loss dan food waste. Menciptakan beragam kearifan kuliner lokal, memperluas jejaring layanan, memberdayakan rantai pasok dari daerah Blitar dan sekitarnya diantaranya rutin mendatangkan bumbu pecel dari pengrajinnya langsung. Serta menstandarkan penyajian semua menu tanpa MSG (micin), saya ganti dengan kaldu jamur tanpa MSG, tanpa gula rafinasi diganti dengan gula kelapa murni tanpa kimia dan gula singkong fermentasi natural, tanpa pemanis buatan, tanpa pewarna buatan, tanpa bahan pengawet, menggunakan garam laut natural dan minyak kelapa.
Hal ini tentunya butuh komitmen kuat. Dan tak mudah, mengingat harga jual masih di bawah rata-rata harga pangan sehat lainnya. Satu hal yang menggayuti perasaan saya sebagai ibu, saat melihat pengunjung sekmen keluarga bersantap di resto dengan perasaan senang-bahagia. Saya pun ikut senang, lalu muncul tekad untuk membuat kebahagiaan itu abadi melalui energi positif, tentunya dengan sajian kuliner sehat. Sebagai ibu, saya tak mau jika anak dan suami saya makan makanan yang tak sehat.
(RP)