wanitaindonesia.co – Sarapan? Tentu saja setiap anak harus mengonsumsinya setiap pagi. Sarapan yang baik dengan gizi seimbang penting untuk anak, karena memberikan asupan yang bermanfaat dan energi bagi tubuh, menjauhkan anak dari  risiko obesitas saat masih kecil hingga dewasa nanti, dan dapat meningkatkan prestasi anak di sekolah.
Lalu, kapan anak bisa membuat sarapan sendiri? Sebenarnya, pada usia 4 atau 5 tahun, ia bisa diminta untuk mencampur semangkuk sereal dengan susu dingin, mengaduk oatmeal dan susu, mengoleskan mentega pada roti dan menaburkan meises (cokelat tabur), atau mengoleskan selai pada rotinya. Ia juga bisa membantu memasukkan buah-buahan potong dan menuangkan yogurt ke dalam blender untuk dibuat menjadi segelas smoothie lezat. Atau, ia diperbolehkan memotong-motong pisang menggunakan pisau plastik yang aman untuknya, menaruhnya di mangkuk, dan menaburkan granola serta biji-bijian di atasnya.
Pada awalnya, akan berantakan. Namun, ini salah satu Cara Mendidik Anak Mandiri. Lama kelamaan anak akan mahir juga, kok. Bila ia ingin rotinya dipanggang, Anda perlu membantunya. Biarkan dia melihat bagaimana cara roti dimasukkan ke dalam pemanggang roti atau microwave, berapa lama proses pemanggangan, dan bagaimana caranya mengambil roti yang sudah selesai dipanggang. Berikan ia alat-alat yang menjauhkannya dari bahaya, misal alat penjepit roti untuk mengangkat roti panas dari panggangan dan cempal untuk melindungi tangannya. Jika ia sudah lebih besar dan piawai melakukannya nanti, tetap diawasi, ya, Ma!
Setelah usia 10 tahun, anak sudah bisa meraih berbagai peranti dapur dan mengerti permukaan mana yang panas atau beruap yang bisa membuatnya terluka. Ia juga sudah bisa diajak membicarakan dan memutuskan pilihan sarapan yang oke, sehat, dan lezat. Berapa banyak bahan yang harus disiapkan? Cukupkah sepiring nasi untuk nasi goreng? Buah apa saja yang bisa dicampur untuk membuat smoothie aneka buah?
Nah, Anda ingin anak asyik utak-atik atau membantu Anda menyiapkan sarapan di dapur? Ini kiatnya:
1. Ciptakan dapur yang kid-friendly.
Letakkan wajan atau panci di tempat yang cukup rendah dan mudah diraihnya. Jadi, ia bisa mudah mengambil dan mengembalikannya lagi. Dan, taruh benda-benda yang berbahaya di luar jangkauannya. Bila perlu, atur ulang laci dan rak.
2. Libatkan dalam persiapan.
Ajaklah anak berbelanja berbagai kebutuhan untuk membuat sarapan. Bila perlu, libatkan dia dalam membuat menu sarapan dalam seminggu. Saat berbelanja, anak bisa membantu mengambilkan berbagai bahan makanan, seperti buah untuk dibuat jus, selai kacang favoritnya, roti, dll. Selain itu, sediakan peranti khusus ukuran anak. Misalnya, talenan kecil, parutan kecil, atau pisau (ukuran sesuai usia anak) terbuat dari plastik. Siapkan semua peranti yang diperlukan dan jelaskan apa yang harus dilakukannya.
3. Supervise, supervise, supervise!
Begitu anak terlihat tertarik memasak, mulailah dengan hal-hal yang sederhana dan selalu mengawasinya untuk menghindari terjadinya luka dan kecelakaan. Misalnya, ia senang mengaduk, ajarkan bagaimana caranya mengaduk adonan pancake dalam mangkuk pada permukaan meja dapur. Nantinya, ajarkan bagaimana cara menggunakan kompor atau microwave serta mengaduk sesuatu di atas kompor.
Tentu saja, Anda harus tetap berada di dekatnya. Tidak perlu terlalu takut anak terjadi sesuatu atau berantakan dan sedikit-sedikit berteriak, karena Anda hanya akan mengejutkan dan membjuat surut nyali anak. Awasi dengan tenang saja, ya.
4. Pilih menu yang bervariasi.
Agar tidak cepat bosan, rencanakan menu sarapan yang bervariasi. Misalnya, Sabtu = nasi goreng tomat, Minggu =Â sandwich, dll. Buat menu tersebut tampak menarik di secarik kertas dan tempel di pintu kulkas atau di dinding dapur. Jika perlu, carilah buku resep aneka menu sarapan, untuk mendapatkan ide-ide baru. Seru, kan?