Godaan Zebra Cross ‘Citayam Fashion Week’ dari Adik Ipar Mbak Tutut Melenggang Manja hingga Baim Wong – Paula Batalkan Pendaftaran HAKI

Ridwan Kamil tampil dengan outfit matching, kasep pisan 'euy' (Foto: Istimewa.)

WanitaIndonesia.co, Jakarta – Fenomena Gen- Z dari sejumlah daerah penyangga Jakarta seperti Depok, Citayam, Cilebut dan Bojong Gede kongkouw di SCBD.

Saya teringat salah seorang teman yang berprofesi sebagai pengamat masalah sosial. Dia tipikal orang yang senang berbicara apa adanya, mumpuni di industri gaya hidup.
Daripada saya harus melakukan reportase langsung pada kerumunan yang sebagian abai prokes, lebih asyik melipir di gerai kopi artisan untuk janjian wawancara. Duduk di sudut ruang nan artistik sambil menikmati segelas Frappe, es kopi Yunani yang sedap dari aroma kopi robusta asal Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Teman klop untuk menikmatinya, sekaleng biscotti, biskuit klasik oleh-oleh teman dari Italia. Hmmm…, yummy.

Katyusha awalnya menolak mengomentari fenomena Gen-Z yang suka nongkrong di areal SCBD. Dari awalnya nongkrong, cipika-cipiki mengisi malam week end, ada pula yang sengaja mau buat konten, juga cari teman dan pacar,
belakangan sejak viral di berbagai platform media sosial, para Gen-Z yang berasal dari Depok, Citayam, Cilebut dan Bojong Gede mulai berani menunjukkan eksistensi mereka. Utamanya berjalan ala peragawati-peragawan di Zebra Cross dengan beragam look busana.

“Idiiih ngapain sih, biarin aja. Apanya yang menarik? kata Katyusha saat saya meminta dirinya mengomentari fenomena tersebut.
Setelah saya bisiki bahwa adik ipar mbak Tutut, menantu Suharto yang merupakan istri konglomerat Bambang Trihatmodjo ‘Mayangsari’ ikut bergabung dan melenggang di zebra cross Citayam Fashion Week, Katyusha langsung tertawa geli.”” “Ah, masa sih, katanya tak percaya? Saya pun kian bersemangat bercerita.
“Waktu itu dia bersama teman-temannya berjalan melenggang lenggok manja, sambil bergaya melambaikan tangan ke penonton. Namun di penghujung zebra cross, Mayang malah disoraki oleh penonton. Dianggap lebay dan borju karena busana, serta tas branded yag dikenakan ga sesuai dengan tempat.

Aksi Mayangsari melenggang manja di Zebra Cross CFW

Selain Mayang Sari, pejabat seperti Anies Baswedan mengajak wakil Presiden Bank Investasi Eropa, Kris Peeters dan rombongan, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, juga wartawati fashion ikut latah mencoba berjalan di sana.
Saya kemudian membacakan referensi ikhwal pemberitaan A-Z tentang fenomena tersebut.

Proses Panjang Harajuku, Citayam Fashion Week Dapat Mengikutinya

Katyusha mulai tertarik, lalu ia mengupas satu persatu hal-hal yang ingin saya ketahui.
“Bila ada yang menyamakan Citayam Fashion Week (CFW) dengan Harajuku di Jepang, sudah tentu ga apel to apel. Dengar ya, Harajuku itu berproses sangat panjang, melalui era demi era.

Remaja Harajuku memiliki konsep yang matang dan detil akan wadrobe yang mereka kenakan. Biasanya mereka tampil berkelompok dengan look busana khas masing-masing kelompok.
Sebagian dari mereka itu fashion desainer, ga beli jadi. Mereka merancang sendiri dari imajinasi mereka setiap busana yang dikenakan. Sangat detil dan terkonsep. Ya layaknya fashion desainer. Semuanya perfect. Untuk look keseluruhan head to toe, dipikirkan matang, serta konsisten dengan konsep yang mereka buat, “ujarnya.

“Menariknya, mereka gak hanya sekedar bergaya, tapi juga performance.
Sekarang, setelah paham dengan konsep fashion street Harajuku, kamu bandingkan sendiri deh dengan CFW, “ujar Katyusha lugas.
Saya pun setuju dengan penjelasannya, ini salah satu benang merah mengapa saya enggan meliput.

Katyusha melanjutkan, ” Saya apresiasi kreativitas Gen-Z CFW yang awalnya kan dianggap nothing, terbuang oleh hiruk pikuk pembangunan Jakarta yang dipoles semenarik mungkin. Ruang publik yang ditata menarik, art, nyaman, aman, bebas polusi dan kejahatan, tentu saja menjadi magnet bagi orang-orang yang terbuang. Awalnya bernostalgia, karena waktu kecil mereka tinggal di Jakarta.

Allah itu maha adil kata Katyusha tegas. Ketika merasa pintu rezeki tertutup, Allah bukakan dari pintu lainnya. Adik-adik Gen-Z ikonik dari CFW sebagian datang dari keluarga papa, sudah tidak bersekolah. Tentu ketika popularitas itu mereka dapatkan, sudah pasti akan dimanfaatkan semaksimal mungkin. Ini manusiawi dan mereka pun melihat beberapa aktris yang aji mumpung, semua tawaran diambil karena masih memiliki pamor, “katanya.

“Jadi kurang bijak, jika sekelas Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno buru-buru menawarkan beasiswa dan sukses ditolak. Harusnya dukung mereka dengan skills seputar aspek yang sekarang mereka kerjakan. Buat konten, siapkan coach, modalin peralatan canggih, lalu buka selebar-lebarnya akses pekerjaan dengan memanfaatkan skills mereka. Ketika mereka merasa secure dengan profesi tersebut, barulah sempurnakan dengan tawaran untuk melanjutkan sekolah.”

“Karena mereka lebih paham seandainya tamat sekolah, toh pekerjaan sulit didapat. Saat sekarang lebih baik ngonten, “ujar Katyusha terkekeh. “Dapat uang, lalu dibuat usaha. Simpel kan.”

Menalar Momen dari Asa Gen-Z untuk Perayaan Kreativitas

Soal pasutri Baim Wong dan Paula, serta seorang influencer Indigo Aditya Nugroho yang mendaftarkan CFW sebagai Hak Atas Kepemilikan Intelektual
(HAKI)?

Katyusha menjawab, “Ya dilihat dulu tujuan dan maksud mereka apa dan bagaimana. Intinya, mereka harus melibatkan ikon CFW yang beberapa orang itu. Dapat saham, royalti atau semacam benefit lainnya dari event yang akan diselenggarakan.

Itu dulu deh, toh belum tahu CFW sampai berapa lama bisa eksis. Kalau hanya sekedar adu gaya seperti yang sudah-sudah, ya saya setuju dengan statment Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, “lama-lama juga bosan sendiri dan bubar. Karena para remaja masih mencari jati diri mereka.”

Namun Senin malam, 25/7/2022 WanitaIndonesia.co mendapat kabar dari Baim Wong bahwa ia dan istrinya Paula telah membatalkan pendaftaran hak kekayaan intelektual (HAKI) ke Kemenkumham. Alasannya, ia ingin mengakhiri polemik atas tuduhan yang ditunjukan kepadanya. “Jadi kalau saya tipikalnya orangnya mau mengambil gitu aja hak orang lain, enggak. Saya nanya dulu sama Bonge.
Mudah-mudahan ini menjadi pembelajaran bagi saya. Maaf, semua jadi heboh, enggak enak banget saya, beneran.”

Ketika ramai kritikan terhadap upaya Baim mendaftarkan HAKI CFW, ia menjelaskan, “
Niat kami awalnya hanya ingin menyelenggarakan kompetisi pada event Citayam Fashion Week. Karenanya saya harus mencari tahu apakah CFW itu sudah punya HAKI, bila sudah tentu saya harus meminta izin. Saya pun sudah bertemu dan membicarakan hal tersebut ke Bonge, salah satu ikon CFW. Namun niat Baim-Paula tersebut mendapat kritikan netizen,
juga sejumlah pejabat diantaranya Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Wagub DKI Jakarta Ahmad Riza Patria dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno.

Kreasi out of the box outfit peserta CFW (Foto : Tiktok @huseinhafifi)

Lebih lanjut Katyusha menyarankan kepada saya, “kamu kan pekerja kreatif di industri media, ajak mereka kolab (kolaborasi). Buat dong calender event yang menarik untuk program setahun. Minta support pemerintah, pemda atau siapapun yang peduli. Tapi ingat lo ya, prioritaskan mereka untuk menjadi subyek, sekaligus transfer ilmu seputar menggagas sebuah acara pertunjukan agar terlihat catchy, sop apa saja yang harus dilakukan, serta aspek-aspek penting lainnya yang harus dikuasai oleh penyelenggara. Tapi masih mungkin gak sih?,
kamu sih, gak gercep kayak Baim-Paula, “kata Katyusha tertawa.

“Tentunya lebih bijak daripada bicara yang belum jelas hasilnya. Do it dong! Intinya kalau mau CFW ini lanjut dan berkembang, start awal ubah mindset, ga hanya berjalan di run way,
eh zebra cross. Asah skills untuk menghadirkan performa yang dapat memikat masyarakat. Berkumpul dalam suasana guyub, sambil mengeluarkan ide-ide yang out of the box dan lanjut pada eksekusinya. Juga penting jaga kebersihan diri, jangan sampai dinyiyirin netizen ‘Malam Model Pagi Gembel’ karena tidur seadanya,
jaga kebersihan lingkungan, ga nyampah.”

Katyusha mengapreasi upaya Cinta Laura Kiehl yang hadir di area SCBD tidak untuk fashion show, melainkan mengedukasi pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Bersama pasukan birunya Cinta Laura berjongkok, dengan tangan yang telah dilapisi sarung tangan, tanpa risih ia memunguti botol plastik, kemasan makanan, puntung rokok dan dimasukkan ke dalam kantung plastik.

“Harusnya fenomena ini dijembatani pemerintah. Pemerintah harus menjadi wadah bagi Gen-Z untuk mengeksplorasi kreativitas. Mereka ini kan terbuang karena pembangunan yang kurang berpihak, kalah dari segi pendidikan karena mahalnya biaya, serta ditunjukkan gaya hidup hedon pejabat dan masyarakat yang mengabaikan keberadaan mereka.

Terakhir mau siapapun pejabat, public figure sah-sah aja melenggang ikut merasakan sensasi berjalan di run way CFW,
namun alangkah lebih bijak hadir perhatian. Caranya dengan berdialog dengan remaja-remaja tersebut, penting untuk berdonasi guna pengembangan kegiatan mereka yang mengacu ke aspek kreativitas. Walau beberapa ikon CFW sudah mulai mapan, tapi masih ratusan lagi anak muda yang butuh dibantu untuk menyelesaikan permasalahan ekonominya. Utamanya mereka harus berdaya secara ekonomi dan ilmu! Semoga akan banyak lagi orang-orang baik yang tergerak untuk memberdayakan mereka, walau sejatinya Indonesia sekarang tidak sedang dalam keadaan baik-baik saja,
“pungkas Katyusha. (RP)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini