Pernah Jadi Korban Ghosting? Simak 5 Alasan Kenapa Dia Melakukannya

Pernah Jadi Korban Ghosting? Simak 5 Alasan Kenapa Dia Melakukannya

wanitaindonesia.coIstilah ghosting memang baru dikenal sekitar awal 2000. Tapi, kenyataannya, di dunia relationship praktik ghosting ini bukan hal baru. Istilah itu naik daun seiring dengan meningkatnya tren penggunaan aplikasi kencan online. Dalam kamus Merriam Webster, ghosting diartikan sebagai aksi memutus semua jenis komunikasi secara mendadak dengan cara tidak merespons telepon, membalas pesan, dan sebagainya. Singkatnya, pergi tiba-tiba tanpa penjelasan.

Mengutip situs Body Mind Green, berdasarkan survei PlentyOfFish pada 2016, hampir 80% lajang milenial usia 18 – 33 tahun menjadi korban ghosting. Banyak juga, ya. Tapi, kenapa pasangan atau teman kencan sampai tega melakukan ghosting? Ini 5 alasan di baliknya:

1. Perasaannya biasa-biasa saja

Kalau punya perasaan terhadap orang lain, seseorang pasti akan meluangkan waktu bagi orang yang dia sayang, termasuk bicara baik-baik soal putus hubungan. Menurut survei BuzzFeed tahun 2019, 81% responden pelaku ghosting bilang bahwa mereka tidak punya perasaan yang mendalam. Seandainya dia tidak terlalu tertarik pada Anda, atau dia belum banyak melakukan usaha untuk membangun relationship dengan Anda, kemungkinan besar dia tidak merasa punya kewajiban untuk menjelaskan apa pun, ketika ingin mengakhiri hubungan dengan Anda.

2. Relationship bukan prioritas

Orang akan menginvestasikan waktunya pada hal yang dianggapnya penting. Entah itu pekerjaan, keluarga, hobi, atau juga pasangan. Bisa jadi dia sebenarnya sayang pada Anda, tapi pekerjaan sedang kusut-kusutnya, sehingga waktunya begitu tersita. Akibatnya, dia tidak punya waktu untuk membangun hubungan yang lebih serius dengan Anda. Karena begitu kewalahan menghadapi berbagai masalah, sengaja atau tidak sengaja, dia merasa perlu menghapus satu elemen dalam hidupnya. Nah, karena relationship belum masuk dalam prioritas, maka ia pilih menghilang.

3. Dia yakin hubungan ini tidak akan berhasil

Pada 2018 psikolog Gili Freedman, Ph.D. melakukan riset untuk menganalisis tingkat rasa percaya orang terhadap takdir dan kaitannya dengan perilaku ghosting. Studi tersebut menemukan, orang yang sangat percaya pada takdir kemungkinan besar menganggap bahwa ghosting adalah cara yang normal untuk mengakhiri hubungan. Mereka yang percaya soulmate atau ‘the one’ tidak ragu melakukan aksi ghosting.

4. Tidak kenal siapa pun di lingkungan Anda

Bisa jadi Anda berkenalan dengan dia ketika sedang traveling, sedang sendirian di sebuah kafe, atau bertemu secara online. Artinya, dia mungkin tidak kenal dengan saudara atau teman dekat Anda. Beda jika Anda kenal dia karena dipertemukan teman atau saudara, ya. Karena merasa tidak ada ikatan personal dengan orang-orang di sekitar Anda, maka dia dengan mudah memutuskan hubungan begitu saja. Dia tidak punya beban untuk harus menjawab pertanyaan dari teman atau keluarga Anda. Hal seperti ini yang perlu Anda pertimbangkan agar kencan online tetap aman.

5. Sejak kecil tidak nyaman terikat

Orang yang kerap merasa cemas cenderung haus akan intimacy dan mudah merasa insecure. Sebaliknya, menurut psikoanalis John Bowlby, orang yang sejak kecil biasa terpisah dari orang tua, cenderung suka menghindar, karena ia tidak nyaman berada dalam suatu intimacy dan lebih menyukai kebebasan. Mereka kesulitan untuk memulai obrolan yang berat dengan Anda, termasuk soal putus hubungan, karena mungkin dulu keluarganya juga tidak pernah membicarakan masalah yang berat.

Kalau sudah ketemu jawabannya, segera move on dari si dia, yaa…. (f)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini