wanitaindonesia.co – Pakar pengasuhan sekaligus penulis buku Help Your Child Want to Behave, Dr. Laura Markham mengatakan, bahwa konsekuensi alami dapat mendisiplinkan anak dengan cara yang lebih lembut, ketika anak-anak berperilaku tidak baik atau melanggar aturan. Misal, ketika anak menolak untuk membereskan mainan, maka konsekuensi alami yang bisa Anda berikan adalah membiarkan mereka bermain dalam kondisi kamar yang berantakan, karena Anda tidak akan membantu membereskan untuk mereka. Dari situ, mereka juga bisa mengalami kesulitan menemukan mainannya sebagai konsekuensi tidak membereskan mainannya sendiri. Konsekuensi alami dipercaya dapat membantu anak-anak belajar dari kesalahan dan mengubah sikapnya menjadi lebih baik.
Nah, selain tegas pada aturan dan konsekuensi, Anda juga perlu rutin mengedukasi anak-anak tentang disiplin dan berperilaku baik. Keduanya harus berjalan beriringan. Alih-alih dengan mengomel dan berceramah, ada, lho, cara menyenangkan untuk mengajarkan anak-anak berperilaku baik. Lewat permainan!
Permainan apakah itu?
1. Membuat Kereta Api
Cara bermain: Siapkan beberapa kardus ukuran besar di mana anak-anak bisa duduk di dalamnya. Berikan berbagai perlengkapan mulai dari spidol, penggaris, krayon, stiker, kertas berwarna, atau lem. Umumkan kepada anak bahwa ia akan menyusun rangkaian gerbong kereta api. Mereka bisa menghias kotak sesuai imajinasinya, diberi jendela atau roda. Setelah jadi, maka kereta pun bisa ditumpangi.
Apa yang diajarkan: Ketekunan dan kesabaran menjalani proses. Anak-anak sering tidak sabar ketika menghadapi masalah. Akan tetapi, dengan membantu mereka berimajinasi tentang apa yang bisa dinikmati dari prosesnya, Anda bisa membantunya untuk lebih tekun dan sabar.
2. The Cheer Up Game
Cara bermain: Permainan ini dimainkan minimal dua orang. Anda bisa mengajak kakak, adik, maupun Papa untuk memainkannya. Yang perlu disiapkan adalah kertas bergambar berbagai macam ekspresi tidak bahagia seperti sedih, marah, takut, atau sakit. Letakkan kertas di keranjang lalu minta tiap peserta bergilir mengambil gambar. Peserta yang mendapat giliran harus menunjukkan ekspresi yang sesuai dengan gambar di kertas yang diambilnya. Misal, bila ia mengambil kertas bergambar ekspresi sedih, maka ia bisa berpura-pura menangis. Peserta lain wajib mengajukan pertanyaan dan mengajukan bantuan. Mereka mungkin memberikan pelukan, mengatakan, “Maaf,” atau menawarkan sesuatu untuk membuat peserta di hadapannya bahagia.
Apa yang diajarkan: Empati. Anak-anak akan belajar lebih peka untuk memahami emosi orang lain dan mencoba untuk membantunya.
3. “Mama, Bolehkah Aku…?”
Cara bermain: Berdiri berhadapan dengan anak sekitar 10 langkah. Berikan perintah kepada anak, “Maju satu langkah!”. Maka, anak harus menjawab, “Mama, bolehkah aku maju satu langkah?” Anda bisa menjawab, “Iya.” Setelahnya, pastikan anak Anda menimpali dengan mengucapkan, “Terima kasih.” Saat anak tidak melakukannya sesuai aturan, ia harus bersedia mundur ke langkah sebelumnya.
Apa yang diajarkan: Keterampilan mengikuti instruksi, menghormati dengan meminta izin, serta kemampuan mengomunikasikan keinginannya dengan lebih baik. Anak-anak yang dapat mengomunikasikan keinginannya akan lebih tidak mudah tantrum.
4. Katakan yang Sebenarnya
Cara bermain: Kumpulkan semua anggota keluarga. Semua anggota keluarga harus melanjutkan kalimat pernyataan, “Aku takut ketika …” Anda bisa mengawali mengambil giliran menjawab. Anda bisa katakan, “Aku takut ketika Adik marah-marah dan memukul.” Pancingan ini bisa membuat semua anggota berkata terus terang. Setelah semua mendapat giliran, ganti dengan kata kunci lain seperti ‘sedih’, ‘bahagia’, atau ‘marah’.
Apa yang diajarkan: Keterbukaan dan kejujuran. Ketika Anda memberi anak-anak lampu hijau untuk berbicara tentang perasaan mereka, positif atau negatif, Anda membantu mereka merasa aman untuk mengatakan yang sebenarnya.
5. Sang Kapten
Cara bermain: Katakan kepada anak Anda, bahwa Anda adalah kapten yang memimpin dan harus diikuti. Bergeraklah keliling rumah sambil bertepuk tangan dan menyanyi, pastikan mereka mengikuti. Kemudian, Anda bisa berhenti dan berkata, “Wah, kamar ini sangat berantakan. Sekarang kamu jadi kapten, Mama jadi anggota. Kamu pimpin Mama untuk membersihkan, ya.”
Apa yang diajarkan: Kedisiplinan dan tanggung jawab. Anak-anak akan bangga bahwa mereka bisa melakukannya sendiri. (wi)