WanitaIndonesia.co, Jakarta – Gerah dengan stigma Gen Z yang cenderung tak ada baik-baiknya, 6enggebrak lewat karya, serta Untuk memberikan pemahaman, serta cara pandang yang benar terhadap Gen Z oleh generasi sebelumnya,
Ir. Adriana S. Ginanjar, M. Psi mengurai cara berkomunikasi, kepribadian serta cara kerja generasi yang identik dengan dunia digital.
Psikolog Adriana memberikan beragam insight menarik bagi para orang tua, serta lingkungan, ihwal Gen Z yang memiliki kHempas Stigma Negatif, 6 Persona Aktris Gen Z Hadirkan Kolaborasi Epikepribadian, serta daya juang tinggi.
“Gen Z itu tumbuh dan berkembang dalam ekosistem digital yang sangat masif. Kehidupan mereka berkejaran dengan waktu, serba cepat, tapi mereka serba bisa. Menariknya, mereka tak mau mengikuti arus, lebih mengutamakan kesehatan mental di tengah ritme kehidupan yang serba cepat itu, “terang Psikolog Andriana.
Psikolog Andriana menambahkan, “Sebagai generasi digital native sejati, mereka dikaruniai Tuhan dengan kemampuan alami untuk memaksimalkan, serta memanfaatkan digitalisasi dalam keseharian. Seperti untuk berkomunikasi, belajar hingga bekerja.”
“Fakta ini tentunya harus disyukuri, dikarenakan
label buruk dari generasi sebelumnya yang menganggap Gen Z sebagai generasi “malas”, “cuek”, “sok ngartis tak terbukti, “ujarnya.
“Stereotif ini muncul dikarenakan adanya perbedaan cara pandang terhadap dunia, gaya hidup, serta prioritas yang dimiliki Gen Z, “imbuhnya.
“Jika ditelisik, mereka memiliki cara kerja berbeda dengan generasi sebelumnya. Menitikberatkan pada efektivitas dengan memanfaatkan teknologi, untuk menyelesaikan pekerjaan dalam waktu singkat. Mereka mematahkan bahkan menolak budaya kerja yang berlebihan, yang seringkali dianggap menjadi suatu standar kesuksesan, “terang Psikolog Andriana.
“Perlu dicerna, generasi ini bukanlah generasi pemalas, mereka hanya menolak cara-cara budaya kerja lama, yang sudah tak relevan dengan zaman.
Sikap “cuek” yang sering disematkan, merupakan cerminan keberanian mereka untuk memprioritaskan kesehatan mental, serta menolak tekanan sosial, “urainya.
Psikolog Andriana melanjutkan, “Sementara sikap “Sok Ngartis” dikarenakan kecenderungan mereka yang banyak berbicara lewat platform media sosial. Ini merupakan cara mereka untuk mengaktualisasi diri, serta membangun identitas di dunia digital.”
“Alih-alih melihat Gen Z sebagai generasi yang “Bermasalah”, kita harus bisa melihat mereka sebagai inovator, serta agen perubahan yang membawa cara pandang baru, guna menghadapi kompleksitas dunia modern, “pungkas Psikolog Andriana.
Menariknya, kesemua uraian dari psikolog tersebut sangat related, dan menjadi titik berangka 6 aktris muda Aqeela Calista @aqeelacalista, Haviza Devi Anjani @havizadevianjani, Rayensyah Rassya Hidayah @rasyahidayahreal, Denira Wiraguna @denirawiguna, Mezty Mez @meztiymez, Marcel Chandrawinata @marcelchandra.
Ke 6 persona aktris ini telah berhasil mengukir prestasi, serta menginspirasi dengan merancang proyek kolaborasi Artist Inc.,
Yang menjadi wadah pembuktian bahwa Gen Z itu merupakan generasi yang kreatif, memiliki daya juang tinggi serta mampu menginspirasi banyak orang.
Kolaborasi bertujuan untuk mematahkan stigma negatif, serta mendorong lebih banyak lagi kaumnya untuk berani tampil, dan berkarya guna menginspirasi lingkungan, serta Indonesia.
Tertarik, dan ingin bergabung serta memberikan suport gebrakan aktris muda ini? Cek Instagram @artisinc.id
Website : https://artisinc.id